Ahad 30 Mar 2025 17:56 WIB

Ini Penjelasan Ilmuwan tentang Gempa Myanmar

Gempa ini menewaskan lebih dari 1.000 orang di Myanmar.

Rep: Lintar Satria/Reuters/ Red: Qommarria Rostanti
Tim penyelamat bekerja di lokasi gedung bertingkat tinggi yang yang runtuh pascagempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand, Sabtu dini hari, 29 Maret 2025.
Foto: AP Photo/Wason Wanichakorn
Tim penyelamat bekerja di lokasi gedung bertingkat tinggi yang yang runtuh pascagempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand, Sabtu dini hari, 29 Maret 2025.

ESGNOW.ID, MYANMAR ---- Gempa berkekuatan 7,7  Magnitudo menewaskan lebih dari 1.000 orang di Myanmar. Guncangan pada Jumat (28/3/2025) di Sagaing dekat Kota Mandalay dilaporkan cukup besar hingga terasa di Thailand.

Myanmar terletak di antara dua lempeng tektonik dan salah satu negara yang paling rentan gempa. Meski gempa besar dan menghancurkan cukup jarang di Sagaing.

Baca Juga

"Batas lempeng antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia kira-kira membentang dari utara ke selatan, memotong di tengah-tengah negara itu," kata profesor dan pakar gempa University College London Joanna Faure Walker Jumat (29/3/2025).

Ia mengatakan lempeng-lempeng ini saling melewati satu sama lain secara horizontal dengan kecepatan yang berbeda. Walker mengatakan gesekan ini biasanya tidak menimbulkan gempa sekuat di zona subduksi seperti Pulau Sumatera di mana satu lempeng tektonik bergerak ke bawah lempeng lainnya.

Namun gempa yang diakibatkan pergeseran lempeng horizontal tetap dapat mencapai 7 sampai 8 Magnitudo. Tetapi pakar gempa UCL lainnya, Bill McGuire, mengatakan gempa di Myanmar merupakan gempa terbesar yang pernah mengguncang pulau utama negara itu dalam tiga abad terakhir.

Peneliti British Geological Survey Roger Musson mengatakan gempa dangkal menimbulkan kerusakan lebih besar. Menurut lembaga geologi pemerintah federal Amerika Serikat (USGS) ke dalaman episentrum gempa hanya 10 kilometer.

"Gempa ini sangat merusak karena terjadi di kedalaman yang dangkal, sehingga guncangan tidak hilang saat menjauh dari fokus gempa saat tiba di permukaan, gedung-gedung menerima guncangan dengan kekuatan penuh," kata Musson.

Ia mengatakan penting tidak hanya fokus pada episentrum gempa. Sebab guncangan seismik tidak mereda seiring bergerak menjauh dari pusat gempa tapi dari seluruh garis patahan.

Program Bahaya Gempa USGS mengatakan korban jiwa dapat mencapai 10 sampai 100 ribu orang di Myanmar. Dampaknya pada ekonomi diperkirakan mencapai 70 persen dari Produk Domestik Bruto negara itu.

Musson mengatakan prakiraan ini berdasarkan data dari gempa-gempa sebelumnya, ukuran dan lokasi gempa dan kesiapan Myanmar dalam menghadapi gempa. Gempa terjadi di wilayah Sagaing yang relatif jarang gempa. Tapi terjadi di dekat Kota Mandalay yang padat penduduk.

Hingga artinya infrastruktur di daerah terdampak tidak dibangun untuk menghadapi gempa dan korban dan kerugian dapat terus meningkat. Musson mengatakan gempa besar terakhir di daerah terdampak gempa pekan ini terjadi pada tahun 1956.

Kemungkinan besar rumah-rumah di daerah itu tidak dibangun untuk menerima guncangan seismik seperti yang terjadi Jumat kemarin. “Sebagian besar gempa di Myanmar terjadi lebih jauh ke arah barat, sedangkan gempa bumi ini terjadi di bagian tengah negara ini,” katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement