Selasa 15 Apr 2025 12:25 WIB

Tanpa Pajak Karbon, Kesepakatan Emisi Kapal Dinilai Kurang Ambisius

Butuh kebijakan yang lebih besar untuk mengatasi krisis iklim.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Kapal kargo curah Ikaria Angel, yang berangkat dari pelabuhan Ukraina Chornomorsk, berlayar di bawah jembatan Martir 15 Juli di atas Bosphorus saat para pelari mengikuti Marathon di Istanbul, Turki, Minggu, 6 November 2022.
Foto: AP Photo/Emrah Gurel
Kapal kargo curah Ikaria Angel, yang berangkat dari pelabuhan Ukraina Chornomorsk, berlayar di bawah jembatan Martir 15 Juli di atas Bosphorus saat para pelari mengikuti Marathon di Istanbul, Turki, Minggu, 6 November 2022.

ESGNOW.ID,  LONDON -- World Resources Institute (WRI), sebuah lembaga think-tank global, menyatakan kekecewaannya terhadap rancangan kesepakatan Organisasi Maritim Internasional PBB (IMO) terkait perdagangan karbon emisi industri perkapalan. Meskipun dianggap sebagai langkah maju, WRI menilai kesepakatan yang rencananya akan diadopsi pada Oktober mendatang itu belum cukup ambisius untuk mengatasi krisis iklim.

Direktur Global Program Laut WRI, Tom Pickerell, menilai bahwa kesepakatan yang mengharuskan kapal-kapal besar membayar kelebihan karbon dari bauran energinya kemungkinan hanya akan memberikan sebagian kecil dari pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk mencapai target iklim IMO 2030. Langkah ini sendiri bertujuan mendorong transisi ke bahan bakar rendah emisi.

Baca Juga

“Kesepakatan ini kemungkinan hanya akan memberikan sebagian kecil dari pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan iklim 2030 IMO sendiri. Terlalu sedikit untuk mempercepat peralihan ke kapal tanpa emisi,” ujar Pickerell.

Pickerell juga menyoroti absennya pajak karbon universal dalam kesepakatan tersebut. Menurutnya, hal ini merupakan kehilangan besar dalam upaya pendanaan pengembangan bahan bakar ramah lingkungan dan infrastruktur, terutama bagi negara-negara pesisir yang rentan terhadap kenaikan permukaan air laut.

“Pengiriman barang mendorong perdagangan global dan menghubungkan komunitas-komunitas. Namun, dekarbonisasi transportasi laut sangat penting untuk memastikan ketahanan jangka panjang rantai pasokan global dan kesehatan lautan,” tegasnya.

Menyikapi kondisi ini, WRI mendesak pemerintah dan industri pelayaran untuk segera menindaklanjuti kesepakatan IMO dengan menetapkan target nasional yang jelas untuk dekarbonisasi pengiriman. Selain itu, dukungan dalam pengembangan bahan bakar tanpa emisi, modernisasi armada kapal, serta transformasi infrastruktur pelabuhan juga dianggap krusial.

Tujuan iklim IMO 2030 yang menjadi sorotan WRI merujuk pada Strategi Gas Rumah Kaca IMO 2023. Strategi tersebut memiliki empat pilar utama. Pertama, menurunkan intensitas karbon kapal melalui peningkatan efisiensi energi (terutama untuk kapal baru). Kedua, mengurangi emisi karbon dioksida per unit pekerjaan transportasi di seluruh sektor pelayaran internasional setidaknya 40 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 2008.

Strategi ketiga, meningkatkan penggunaan teknologi, bahan bakar, dan sumber energi nol atau hampir nol emisi. Keempat, mencapai puncak emisi gas rumah kaca secepat mungkin dan menargetkan nol emisi sekitar tahun 2050.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement