ESGNOW.ID, JAKARTA -- Hong Kong akan memimpin forum pertamanya pada pertemuan puncak konferensi iklim tahunan bulan depan. Forum itu merupakan bagian dari Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang lebih sering dijuluki KTT COP28.
KTT COP28 berlangsung pada 30 November 2023 hingga 12 Desember 2023 di Expo City, Dubai. Dua organisasi di Hong Kong, Financial Services Development Council dan Friends of the Earth, akan bekerja sama menjadi penyelenggara salah satu forum tersebut.
Wakil ketua Financial Services Development Council, Daniel Fung Wah-kin, akan bergabung dengan delegasi negara lain pada acara di Dubai. Dia menyoroti tujuan menginspirasi dan mempromosikan keuangan berkelanjutan secara global melalui partisipasi Hong Kong.
"Bersama-sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih ramah lingkungan dan menyoroti kontribusi Hong Kong terhadap keuangan ramah lingkungan demi kesejahteraan semua orang," kata Wah-kin, dikutip dari laman South China Morning Post, Sabtu (28/10/2023).
KTT COP28 tahun ini bertujuan untuk menilai kemajuan upaya global dalam memerangi perubahan iklim. Hal itu dianggap sejalan dengan keinginan Hong Kong mempromosikan lokasinya sebagai pusat keuangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sebelum pembukaan KTT COP28, PBB akan menerbitkan penilaian dua tahun pertama mengenai upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Dikenal sebagai 'inventarisasi global', tinjauan ini pertama kali dilakukan di Glasgow, Skotlandia, pada 2021 di COP26.
Semua negara yang terlibat, termasuk Cina, harus merinci upaya pengurangan karbon mereka pada konferensi tahun ini. Hong Kong juga tercakup dalam Perjanjian Paris, sebuah perjanjian perubahan iklim internasional, setelah Cina menandatangani perjanjian itu pada 2015.
Forum yang menampilkan kedua organisasi Hong Kong di KTT COP28 Dubai dijadwalkan berlangsung pada 6 Desember 2023. Wah-kin akan berbicara tentang posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan ramah lingkungan regional utama.
Ketua Friends of the Earth Hong Kong, Plato Yip Kwong, bakal membahas penggunaan teknologi blockchain untuk membantu mengembangkan keuangan ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hong Kong disebutnya punya keunggulan dalam menjadi pusat global keuangan ramah lingkungan katena kekuatan regionalnya.
"Visi bersama kami adalah memanfaatkan lokasi unik kami sebagai persimpangan Timur dan Barat untuk menjalin kemitraan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara," ungkap Kwong.
Sekretaris kehormatan kelompok lingkungan hidup Hong Kong, Serena Mak Chor-wan, berharap dapat mengeksplorasi bagaimana Hong Kong dapat membantu mendatangkan dana untuk proyek-proyek yang memiliki dampak positif terhadap iklim. Sementara, dalam pidato kebijakan terbarunya pada Rabu (25/10/2023), Kepala Eksekutif John Lee Ka-chiu hendak mempromosikan pengembangan keuangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Kami akan meluncurkan skema subsidi bukti konsep khusus untuk fintech ramah lingkungan pada paruh pertama tahun 2024," tutur Ka-chiu. Menurut dia, skema baru tersebut akan memberikan dukungan pendanaan tahap awal untuk fintech ramah lingkungan yang sudah dikomersialkan dalam upaya memperluas ekosistem dan menjadikan Hong Kong sebagai pusat teknologi tersebut.
Pada Juli 2023, Hong Kong telah menerbitkan obligasi pemerintah ramah lingkungan senilai hampir 22 miliar dolar AS untuk membiayai proyek-proyek yang memenuhi syarat dan memberikan manfaat bagi lingkungan dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Hong Kong adalah pasar terbesar di Cina untuk pencatatan obligasi ramah lingkungan luar negeri, yang mencakup 16 persen pangsa pasar di Cina pada 2022.
Biro Lingkungan Hidup dan Ekologi mengatakan pihak berwenang Hong Kong telah mengambil bagian dalam pertemuan puncak sebelumnya sebagai anggota delegasi nasional. Termasuk, pada COP21 yang dihelat tahun 2015, saat Perjanjian Paris ditandatangani.
Seorang juru bicara mengatakan pemerintah Hong Kong akan terus terlibat dalam aksi iklim global. Begitu juga dalam sejumlah diskusi di konferensi COP, serta berkontribusi pada aksi iklim global sejalan dengan semangat Perjanjian Paris.
Direktur asosiasi institut lingkungan, energi, dan keberlanjutan Universitas Cina, Amos Tai Pui-kuen, mengatakan Hong Kong perlu belajar dari peserta COP28 lain dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan iklim ke dalam keuangan ramah lingkungan.
"Pertukaran internasional semacam ini memiliki peran yang kuat dalam mempromosikan keuangan ramah lingkungan di Hong Kong dan cara menangani perubahan iklim," ujar Pui-kuen.