4. Promosi agresif untuk produk sekali pakai
Pemasaran agresif industri tembakau untuk produk sekali pakai mendorong budaya sekali pakai. Lingkungan menanggung beban ini dengan meningkatnya limbah dan polusi. Terlepas dari meningkatnya keprihatinan terhadap lingkungan, industri tembakau memasarkan produk tembakau sekali pakai secara ekstensif.
Strategi periklanan mereka sering kali menargetkan demografi yang lebih muda, menumbuhkan budaya sekali pakai dan berkontribusi pada siklus polusi plastik. Di kalangan anak muda, rokok elektrik, terutama yang sekali pakai, lebih populer daripada produk tembakau tradisional lainnya. Menurut Survei Tembakau Remaja Nasional 2021, lebih dari 2 juta siswa sekolah pertama dan menengah AS dilaporkan menggunakan rokok elektrik pada tahun 2021, dengan lebih dari 8 dari 10 remaja tersebut menggunakan rokok elektrik beraroma.
5. Gagal mendukung alternatif yang berkelanjutan
Terlepas dari sumber daya yang sangat besar, industri tembakau gagal dalam memperjuangkan alternatif non-plastik. Industri tembakau telah menunjukkan keengganan yang konsisten untuk mendukung atau berinvestasi pada alternatif non-plastik yang berkelanjutan untuk produk mereka, meskipun inovasi seperti filter yang dapat terurai secara hayati telah tersedia dan memiliki potensi untuk secara signifikan mengurangi kerusakan lingkungan.