Selasa 05 Dec 2023 17:45 WIB

Sudah Masuk Desember, Lubang Ozon di Antartika tak Juga Mengecil

Lubang ozon umumnya mulai mengecil secara bertahap pada November.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Lubang ozon Antartika mulai terbentuk pada pertengahan Agustus dan mulai mengecil secara bertahap selama bulan November.
Foto: www.freepik.com
Lubang ozon Antartika mulai terbentuk pada pertengahan Agustus dan mulai mengecil secara bertahap selama bulan November.

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Lubang ozon yang terbentuk di atas Antartika setiap tahun membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menutup, demikian laporan para ilmuwan iklim. Biasanya, lubang ozon Antartika mulai terbentuk pada pertengahan Agustus dan mulai mengecil secara bertahap selama bulan November.

Namun tahun ini, area lubang ozon terbentuk beberapa hari lebih awal dari biasanya dan masih mempertahankan luasnya lebih dari 15 juta kilometer persegi sejak akhir Oktober. Berita yang mengkhawatirkan ini datang dari Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) yang terus memantau lubang tersebut.

Baca Juga

Lapisan ozon bumi sangat penting, karena melindungi semua makhluk hidup dari radiasi berbahaya matahari. Kesadaran bahwa bahan kimia tertentu telah menipiskan lapisan ozon melatarbelakangi sebuah traktat internasional yang dinamai Protokol Montreal pada 1987.

Perjanjian ini telah mengurangi penggunaan bahan kimia buatan manusia yang menguras molekul ozon di atmosfer, sehingga para ilmuwan mendeklarasikan tonggak penting dalam pemulihan lapisan ozon tahun lalu. Namun, selama tiga tahun terakhir, lapisan ozon juga telah menutup lebih lambat dari biasanya. Perubahan iklim adalah salah satu penyebab potensial dari fenomena ini, menurut CAMS.

Lantas bagaimana perubahan lubang ozon Antartika pada tahun 2023? Lubang ozon melebar selama musim semi Australia, ketika zat perusak ozon mulai berkumpul di stratosfer di atas Kutub Selatan. Bersamaan dengan radiasi matahari, suhu dingin yang ekstrem, dan awan stratosfer kutub, hal ini menyebabkan penurunan drastis konsentrasi Ozon di stratosfer.

Pada akhir November, suhu stratosfer meningkat dan perubahan angin cenderung membuat lubang ozon menutup. Tahun 2023 mengikuti lintasan yang sedikit berbeda. Peningkatan ukuran sebelumnya membuat lubang ozon menjadi yang terbesar keenam di era satelit (sejak 1979) dengan total luas 25,12 juta kilometer persergi pada pertengahan September.

Meskipun menurun seperti biasanya hingga awal Oktober, lubang ozon tersebut meningkat lagi menjelang akhir bulan, kata CAMS. Dan telah mempertahankan area sekitar 12 juta kilometer persegi, yang diprediksi akan terus berlanjut hingga minggu pertama bulan Desember.

Walaupun lubang ozon tahun ini telah membesar dan mengecil dengan cara tertentu, umur panjang yang tidak biasa ini merupakan bagian dari tren baru-baru ini. Sejak tahun 2020, lubang ozon telah menutup lebih lama dari sebelumnya, sekitar pertengahan hingga akhir Desember.

CAMS mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh suhu stratosfer yang lebih dingin dari rata-rata dan pusaran kutub yang kuat - angin kencang yang bersirkulasi tinggi di atmosfer di atas Antartika - yang berlangsung hingga Desember.

Alasan dari pusaran kutub yang lebih kuat itu masih menjadi misteri. Beberapa penyebab potensial telah diidentifikasi oleh CAMS, termasuk uap air yang dilepaskan ke atmosfer oleh gunung berapi Hunga-Tonga di Pasifik Selatan; perubahan pola angin di Belahan Bumi Selatan; dan perubahan iklim. Karenanya, penelitian lebih lanjut diperlukan. 

"Sejak penandatanganan Protokol Montreal, kami telah secara drastis mengurangi emisi bahan perusak ozon, memberikan ruang bagi atmosfer untuk memulai pemulihannya. Ini adalah proses panjang yang melibatkan banyak faktor yang berfluktuasi yang harus dipantau untuk mendapatkan pemahaman yang tepat tentang bagaimana lapisan ozon berkembang. Keberhasilan Protokol Montreal adalah bukti betapa efektifnya tindakan untuk melindungi iklim global,” ujar Direktur CAMS, Vincent-Henri Peuch seperti dilansir Euro News, Selasa (5/12/2023).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement