ESGNOW.ID, JAKARTA -- Petani gandum Tunisia, Hasan Chetoui, mencoba beralih dengan menanam varietas gandum tua sebagai upaya adaptasi di tengah ancaman kekeringan akibat perubahan iklim. Variestas tersebut diharapkan dapat bertahan dan menghasilkan panen sepanjang tahun.
Chetoui tidak yakin bahwa eksperimennya dengan jenis gandum alternatif ini akan berhasil di semua tempat. Namun menurut dia, hal ini dapat membantunya mengatasi kekeringan yang terjadi selama bertahun-tahun akibat hujan yang jarang turun dan gelombang panas yang menghancurkan sebagian besar tanamannya tahun lalu.
"Kami mendapatkan jenis gandum Tunisia yang sudah tua, yang dibudidayakan di ladang, yang mampu berproduksi beberapa kali dalam satu musim, memberikan kami solusi strategis," ujar Chetoui seperti dilansir Reuters, Sabtu (24/2/2024).
Ladang Chetoui terletak di daerah Borj Al-Amri di Tunisia utara, sebuah wilayah yang merupakan “gudang roti” untuk peradaban Mediterania yang membentang dari zaman Romawi dan Kartago, meskipun Tunisia sekarang menjadi pengimpor gandum.
Kekeringan selama bertahun-tahun yang melanda sebagian besar wilayah Afrika Utara telah mengosongkan waduk-waduk di Tunisia dan mengeringkan lahan pertanian. Sementara itu, musim panas yang terik telah menghanguskan sebagian lahan pertanian yang masih ada.
Chetoui berharap bahwa dengan menghindari ketergantungan pada satu kali panen musim panas, ia mungkin dapat memproduksi setidaknya beberapa gandum bahkan di tahun-tahun yang buruk. Ia dan anggota serikat petani mengatakan bahwa petani lain telah menggunakan benih tradisional, tetapi pengalaman mereka hanya bersifat anekdot.
Pakar pertanian di Tunisia merasa skeptis bahwa varietas gandum tua akan berhasil melindungi petani dari dampak perubahan iklim. Pakar juga mengklaim, gandum modern menghasilkan hasil yang jauh lebih tinggi.
Namun, mereka juga mengatakan bahwa varietas yang lebih tua mungkin bekerja lebih baik di daerah tertentu atau dalam kondisi tertentu, dan bahwa eksperimen Chetoui layak untuk dicoba. "Kami tidak dapat menentukan apakah mereka akan berhasil atau gagal karena kami tidak dapat menilai keefektifannya hingga diterapkan dalam skala besar," kata Mohamed Rajaibia dari Serikat Pertanian Tunisia.
Chetoui mulai bekerja di pertanian pada usia 12 tahun. Kini di usianya yang ke-64, ia masih mencari benih untuk varietas biji-bijian tua termasuk jagung dan jelai serta gandum, untuk digunakan di ladangnya.
Selama bertahun-tahun ia telah menabur hasil panen dengan benih yang menurutnya telah digunakan di keluarganya selama beberapa generasi dan diturunkan oleh ayahnya. Ia juga telah menggunakan beberapa varietas lama dari bank gen benih Tunisia.
"Kita harus mengandalkan benih asli Tunisia, karena berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, benih-benih ini memiliki solusi dan dapat berkontribusi pada banyak solusi strategis dalam mengatasi krisis pangan," ujar Chetoui.