ESGNOW.ID, JAKARTA -- Masyarakat adat dari sembilan desa di wilayah Yanomami, Brasil, dilaporkan telah terkontaminasi oleh merkuri, dan mereka yang tinggal lebih dekat dengan lokasi penambangan emas ilegal memiliki tingkat kontaminasi yang lebih tinggi. Demikian menurut sebuah studi yang dilakukan Fiocruz institute.
Studi ini mengumpulkan sampel rambut dari sekitar 287 masyarakat adat pada bulan Oktober 2022. Semuanya dinyatakan positif terkontaminasi merkuri, dengan sekitar 11 persen sampel menunjukkan kadar logam berat yang tinggi. Merkuri sendiri biasanya digunakan oleh para penambang liar di Brasil untuk memisahkan bijih emas dari bebatuan atau tanah.
Suku Yanomami, yang diperkirakan berjumlah sekitar 28 ribu orang, tinggal di cagar alam pribumi terbesar di Brasil, di negara bagian utara Roraima dan Amazonas. Mereka menghadapi krisis kemanusiaan akibat invasi tanah oleh para penambang ilegal yang telah menyebabkan malnutrisi dan kematian.
"Skenario kerentanan ini secara eksponensial meningkatkan risiko penyakit pada anak-anak yang tinggal di wilayah tersebut. Khususnya pada mereka yang berusia di bawah lima tahun,” kata Paulo Basta, yang mengkoordinasikan penelitian ini, seperti dilansir Reuters, Kamis (4/4/2024).
Menurut studi tersebut, masyarakat adat dengan tingkat merkuri yang lebih tinggi menunjukkan defisit kognitif dan lebih sering mengalami kerusakan saraf pada anggota tubuh mereka. Selain itu, lebih dari 80 persen dari masyarakat adat yang berpartisipasi dalam penelitian mengaku pernah menderita malaria.
Lebih dari 25 persen anak di bawah usia 11 tahun dalam penelitian ini juga pernah mengalami anemia, dan hampir setengahnya mengalami malnutrisi akut. Sekitar 80 persen anak-anak juga memiliki tubuh lebih pendek dari perkiraan usia mereka, hal ini menunjukkan malnutrisi kronis.
Selain pada manusia, peneliti juga memeriksa 47 sampel ikan di sekitar masyarakat adat. Sampel yang dikumpulkan oleh para peneliti Fiocruz juga dinyatakan positif terkontaminasi merkuri.
"Anak-anak kami lahir dalam keadaan sakit. Para wanita sakit, orang tua kami sakit! Orang-orang kami sekarat karena pertambangan," kata Dario Kopenawa, kepala Asosiasi Hutukara Yanomami, mengomentari penelitian tersebut.