ESGNOW.ID, NIAMEY -- Bencana alam yang dipicu perubahan iklim menewaskan ratusan orang di seluruh dunia. Diperkirakan 1.000 orang meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji di Arab Saudi. Sedangkan hujan deras yang menyebabkan banjir menewaskan 48 orang di China dan 19 orang di El Salvador.
Sementara banjir di Niger yang sebagian besar wilayahnya gersang menewaskan 21 orang dan berdampak pada lebih dari 6.000 orang lainnya. Seorang pejabat pemerintah negara Afrika itu mengatakan, banjir terjadi hanya dalam beberapa pekan pertama musim hujan yang diprediksi berlangsung hingga September.
Di stasiun televisi nasional pada Jumat (21/6/2024), Direktur Jenderal Perlindungan Sipil Niger Kolonel Boubacar Bak mengatakan, tiga belas orang tewas ketika rumah mereka ambruk dan delapan orang tewas tenggelam setelah hujan lebat.
Salah satu warga wilayah Maradi, Niger bagian selatan-tengah, Ali Abdou mengatakan, hujan lebat menghancurkan rumah-rumah di permukiman rumahnya. "Ini baru hujan pertama di musim ini dan rumah-rumah kami sudah roboh," kata pria berusia 35 tahun itu.
Musim hujan, yang berlangsung dari bulan Juni hingga September, dikhawatirkan merenggut banyak nyawa di Niger, termasuk di daerah gurun. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan, banjir dan hujan lebat yang melanda negara ini dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh perubahan iklim.
Kementerian Dalam Negeri Niger mengatakan, banjir tahun lalu menewaskan 52 orang dan berdampak pada 176 ribu orang. Penduduk Niger sudah berjuang menghadapi kekeringan berkala dan gelombang panas selama musim kemarau.
Wilayah Maradi merupakan wilayah yang paling terdampak banjir sepanjang tahun ini. Dalam pengumuman di stasiun televisi Bako, 14 dari 21 korban tewas berasal dari wilayah itu. Ibu kota Niger, Niamey, dan dua juta penduduknya, yang biasanya dilanda banjir yang mematikan, sejauh ini terhindar dari banjir.
Namun di pinggiran Kota Niamey, rumah warga yang terbuat dari batu bata lumpur milik Maiga Harouna (56), ambruk saat hujan deras. "Kami sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah sebelum hujan kedua tiba," kata Harouna.
Pemerintah belum mengumumkan rencana untuk merelokasi warga yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir.