ESGNOW.ID, JAKARTA -- Badan akuntasi dunia International Accounting Standards Board (IASB) mengusulkan panduan terpadu bagi perusahaan dalam melaporkan bagaimana perubahan iklim berdampak pada kinerja keuangan mereka. Sebab, laporan terpisah-pisah saat ini tidak memberikan kejelasan yang dibutuhkan para investor.
Norma-norma yang ditulis IASB diterapkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di lebih dari 140 yurisdiksi, termasuk Uni Eropa, Kanada, Jepang, dan Inggris, meskipun Amerika Serikat memiliki peraturannya sendiri.
Pada Rabu (31/7/2024), IASB menggelar konsultasi yang mengusulkan panduan bagi perusahaan untuk mematuhi peraturan dewan perusahaan yang sudah ada dalam melaporkan perubahan iklim dan kondisi tidak pasti lain dalam laporan keuangan mereka.
Regulator mulai meluncurkan laporan atau disclosure keberlanjutan untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar, tetapi laporan tersebut dipublikasikan di luar laporan keuangan dan diaudit dengan tidak terlalu ketat.
Usulan IASB bertujuan untuk menunjukkan kepada para investor bagaimana laporan keberlanjutan seperti komitmen emisi karbon nol dan rencana tentang cara transisi ke sana, berdampak pada angka-angka keuangan perusahaan seperti aset, kewajiban, pendapatan, dan pengeluaran. Para investor mengatakan mereka ingin mengetahui apakah aset-aset tersebut akan tetap memiliki nilai di masa mendatang ketika perubahan iklim merusak aset-aset tersebut, misalnya melalui kerusakan akibat banjir.
"Mereka menyatakan keprihatinan, informasi tentang ketidakpastian terkait iklim dalam laporan keuangan terkadang tidak memadai atau tampaknya tidak konsisten dengan informasi yang diberikan di luar laporan keuangan," kata IASB dalam pernyataannya.
Perusahaan-perusahaan minyak dan gas mengungkapkan dampak perubahan iklim dalam catatan yang dilampirkan pada laporan keuangan mereka. Perubahan iklim merupakan ancaman signifikan terhadap aset perusahaan, berdampak pada sumber daya fisik maupun finansial.
Peristiwa cuaca ekstrem seperti badai, banjir, kebakaran hutan, dan angin topan dapat merusak aset fisik seperti bangunan, pabrik, peralatan, dan infrastruktur. Peristiwa terkait iklim dapat mengganggu rantai pasokan, mempengaruhi ketersediaan dan biaya bahan baku, komponen, dan produk jadi.
Infrastruktur penting seperti jaringan transportasi, jaringan listrik, dan sistem komunikasi dapat rusak atau terganggu, berdampak pada operasi perusahaan.