ESGNOW.ID, BRASIL -- Dalam kunjungannya ke daerah terdampak kekeringan dan kebakaran hutan Amazon, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva berjanji membangun jalan aspal yang menurut aktivis lingkungan dan pejabat pemerintahnya sendiri akan menimbulkan kehancuran di hutan tropis terbesar di dunia. Pengaspalan jalan juga dinilai akan berkontribusi pada perubahan iklim.
Jalan raya BR-319 yang menembus Amazon menghubungkan negara bagian Amazonas dan Roraima dengan wilayah lain di Brasil. Jalan yang sebagian besar tanah itu berakhir di Kota Manaus yang berpopulasi 2 juta orang dan dan membentang sejajar dengan Sungai Madeira, anak sungai utama Sungai Amazon.
Ketinggian permukaan sungai Sungai Madeira yang merupakan jalur transportasi air berada di titik terendahnya. Sebagian besar dasar sungainya sekarang menjadi bukit pasir tak berujung di bawah langit yang dipenuhi asap.
"Kami menyadari itu, sementara sungai masih bisa dilayari dan penuh, jalan tol tidak terlalu penting saat ini, ketika Sungai Madeira masih ramai, kami tidak bisa membiarkan dua ibukota negara bagian terisolasi, tapi kami akan melakukannya dengan sangat bertanggung jawab," kata Lula, dilansir dari AP, Ahad (15/9/2024).
Hal ini ia sampaikan saat berkunjung ke komunitas masyarakat adat di Manaquiri, Negara Bagian Amazonas. Ia tidak merinci langkah-langkah yang akan pemerintah ambil untuk mencegah deforestasi saat pengaspalan jalan dilakukan.
Beberapa jam kemudian ia menyaksikan penandatanganan kontrak pengaspalan jalan sepanjang 52 kilometer. Lula juga berjanji proses pengaspalan akan mulai dilakukan sebelum masa jabatannya berakhir pada tahun 2026 di bagian jalan paling kontroversial yang bentangan sepanjang 400 kilometer yang melewati hutan Amazon.
Izin memperpanjang jalan dikeluarkan pemerintah Jair Bolsonaro yang mendorong pembangunan di Amazon dan memperlemah perlindungan lingkungan. Pada Juli lalu pengadilan federal mengabulkan gugatan jaringan 119 kelompok masyarakat sipil, lingkungan dan akademisi yang dinamakan Climate Observatory untuk menangguhkan izin tersebut.
Pemerintah Lula mengajukan banding atas penangguhan tersebut, namun baru pada kunjungannya ke Manaquiri, Lula menjelaskan rencananya untuk melanjutkan pengaspalan jalan. Observatorium Iklim menyayangkan langkah tersebut.
"Tanpa hutan, tidak ada air, tidak ada interkonektivitas, mengaspalkan bagian tengah BR-319 tanpa memastikan tata kelola lingkungan dan kehadiran pemerintah di daerah itu, akan menimbulkan deforestasi historis, seperti yang diungkapkan banyak pakar dan lembaga lingkungan federal Brasil dalam proses perizinan," kata koordinator kebijakan publik Climate Observatory Suely Araujo.
Lula mengkampanyekan dirinya sebagai pelindung lingkungan. Sejak ia mulai berkuasa deforestasi di Amazon mulai melambat. Namun ia berulang kali menolak tekanan dari negara-negara Barat untuk melestarikan Amazon. Hutan tropis yang sangat penting bagi iklim karena dapat menyerap banyak karbon dari atmosfir.
"Dunia yang membeli makanan kami menuntut Amazon dilestarikan dan mengapa? Karena mereka ingin kami mengurus udara yang mereka hirup. Mereka tidak melestarikan tanah mereka sendiri dalam satu abad terakhir selama Revolusi Industri," kata Lula.
Namun Brasil mengalami kekeringan terparah yang pernah tercatat. Sekitar 59 persen wilayah di negara itu mengalami tekanan. Rendahnya permukaan air sungai di Amazon menyebabkan masyarakat yang tinggal di tepi sungai Amazon tidak dapat melakukan perjalanan dan kekurangan air minum dan makanan.
Dalam kunjungannya Lula mengumumkan akan memperluas distribusi saringan air dan langkah-langkah lain. Sementara udara Brasil diselimuti asap hitam kebakaran hutan Amazon yang berdampak pada jutaan orang di kota-kota seperti Sao Paulo, Brasília dan Curitiba.
Menteri Lingkungan Hidup Marina Silva mengatakan kekeringan ekstrem disebabkan perubahan iklim yang dipicu kebakaran di hutan hujan yang biasanya tahan terhadap api. "Bahkan kami tidak tahu cara menangani fenomena ini," kata Silva.
Silva lebih berhati-hati dari Lula dalam membuka jalan. Pada sidang kongres sebelumnya, ia menyebut izin era Bolsonaro sebagai “penipuan” dan memuji keputusan pengadilan untuk menangguhkannya.
Climate Watch yang dikelola World Resource Institute mengungkapkan Brasil merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kelima di dunia, berkontribusi sekitar 3 persen dari total emisi dunia. Hampir setengah emisinya berhasil dari deforestasi di hutan hujan Amazon.