Sabtu 05 Oct 2024 13:50 WIB

Tragedi Burung Dodo, Spesies yang Punah Akibat Ulah Manusia

Matthews mengatakan spesies-spesies burung hilang maka fungsi-fungsinya juga hilang.

Rep: Lintar Satria/ Red: A.Syalaby Ichsan
Burung Dodo
Foto: Wildlife Preservation Canada
Burung Dodo

ESGNOW.ID, WASHINGTON -- Burung tanpa kemampuan terbang yang menghuni Pulau Mauritius di Samudera Hindia, Dodo, menjadi salah satu kasus kepunahan satwa akibat ulah manusia. Burung Dodo yang dapat beradaptasi di ekosistem terisolasi terbilang tidak siap saat pelaut Belanda datang ke pulau itu pada tahun 1598.

Perburuan, pengrusakan habitat dan pengenalan spesies non-endemik mengakibatkan kerusakan selama 80 tahun. Dodo bukan satu-satunya satwa yang punah atau terancam punah akibat ulah manusia.

Baca Juga

Penelitian terbaru mendokumentasikan 610 spesies burung punah selama 130 ribu terakhir, bertepatan dengan menyebarnya Homo sapiens. Meski demikian, krisis kepunahan burung semakin cepat beberapa tahun dan dekade terakhir.

Seperti burung Kauaʻi ʻōʻō di Hawaii yang dideklarasikan punah tahun lalu. Penelitian juga mengungkapkan konsekuensi ekosistem kepunahan spesies-spesies burung itu yang sangat bermanfaat bagi ekosistem.

"Burung memiliki begitu banyak fungsi penting bagi ekosistem, kita banyak tergantung padanya, seperti penyebaran benih, memakan serangan, penyerbukan dan mendaur ulang bangkai seperti yang dilakukan burung nasar," kata pakar ekologi University of Birmingham yang juga penulis penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature, Tom Matthews, Jumat (4/10/2024).

Matthews mengatakan spesies-spesies burung hilang maka fungsi-fungsinya juga hilang. "Contoh paling baik hal ini ada di Pulau Mauritius dan Hawaii, di mana semua atau hampir semua frugivor, burung pemakan buah, punah," katanya.

Burung Dodo dan Kauaʻi ʻōʻō, diyakini juga memakan buah-buahan. “Frugivora adalah fungsi yang penting, karena dengan memakan buah dan kemudian berpindah-pindah, burung akan menyebarkan benih tanaman tempat buah-buahan itu berasal,” kata Matthews.

Matthews mengatakan hal ini dapat memicu memicu "kepunahan berantai sekunder." Sebab banyak spesies pohon yang juga terancam punah di Mauritius.

Sebagian besar kepunahan yang terdokumentasikan terjadi di kepulauan. Mathews menjelaskan hilangnya habitat dapat memiliki dampak yang sangat besar mengingat lokasinya yang terisolasi dan berkurangnya area habitat.

Sementara masuknya hewan seperti tikus, kucing, dan tikus kecil dapat berdampak besar mengingat evolusi ketidakmampuan terbang di antara banyak burung endemik pulau membuat mereka tidak dapat melarikan diri dari predator baru.

Matthews mengatakan di daerah tertentu perburuan yang dilakukan manusia memainkan peran besar dalam kepunahan baik di masa lalu maupun masa sekarang. Ia mengatakan penangkapan burung yang bersuara menjadi masalah besar terutama di kawasan-kawasan tertentu seperti Asia Tenggara.

Para peneliti menunjukkan bahwa ada lebih dari 600 spesies burung yang telah punah sepanjang sejarah. Beberapa kepunahan burung ini disebabkan perubahan iklim, seperti malaria unggas yang dibawa manusia dan menyebabkan kepunahan burung-burung endemik di Hawaii.

Beberapa burung menakjubkan yang hilang termasuk burung gajah besar endemik Madagaskar dan burung moa endemik Selandia Baru. Kebanyakan kepunahan dalam 50.000 tahun terakhir disebabkan oleh tindakan manusia.

Saat ini terdapat sekitar 11.000 spesies burung yang ada, namun para peneliti memprediksi lebih dari 1.000 spesies burung akan punah dalam dua abad ke depan. Matthews mengatakan disamping dampak etika dan moral, kepunahan spesies burung ini juga memiliki efek penting dalam fungsionalitas lingkungan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement