Senin 21 Oct 2024 17:00 WIB

Negara-Negara Siapkan Rencana Konservasi Alam di COP16

Tidak ada hukuman bagi negara-negara yang gagal memenuhi tenggat waktu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Foto udara kawasan konservasi mangrove Desa Wisata Pengudang, Bintan, Kepulauan Riau, Ahad (29/9/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Teguh Prihatna
Foto udara kawasan konservasi mangrove Desa Wisata Pengudang, Bintan, Kepulauan Riau, Ahad (29/9/2024).

ESGNOW.ID,  BOGOTA -- Hampir 200 negara harus melaporkan rencana konservasi alam mereka di Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB (COP16) yang digelar di Cali, Kolombia. Dalam rencana itu, negara-negara harus mengungkapkan rencana mereka untuk memenuhi target yang disepakati di COP15 di Montreal tahun 2022 lalu.

Kesepakatan yang dinamakan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal menetapkan empat tujuan umum untuk tahun 2050 dan 23 langkah darurat yang perlu dicapai tahun 2030. Hal ini termasuk menyisihkan 30 persen wilayah darat dan laut bumi untuk konservasi dan memobilisasi dana 200 miliar dolar AS untuk alam.

Nama resmi target-target ini adalah Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional (NBSAP). Negara-negara yang menandatangani pakta 2022 itu sepakat untuk mengajukan janji dan rencana itu mulai COP16.

Rencana itu menjabarkan upaya negara untuk mencapai target Kunming-Montreal dan mengukur apakah upaya tersebut berjalan sesuai rencana. Ini tidak seperti rencana nasional perubahan iklim (NDC) yang diperbaharui beberapa tahun sekali. Belum ada rencana negara-negara memperbarui rencana keanekaragaman hayati mereka setelah COP16.

Rencana tertentu mungkin menjabarkan luas wilayah atau laut negara untuk dijadikan area konservasi. Rencana yang lain mengeksplorasi cara untuk memulihkan lahan yang sebelumnya digunakan untuk pertanian atau menetapkan area hijau di kota-kota.

Pakar khawatir dengan begitu banyak target yang ditetapkan sejumlah negara hanya melakukan target yang paling mudah dicapai. NBSAPS serupa dengan NDC yang menetapkan rencana negara memangkas karbon emisinya dan upaya lain untuk mengatasi perubahan iklim.

NDC bertujuan untuk mengukur kemajuan dalam mencapai target iklim dunia yang ditetapkan Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global. Namun, mengukur pemangkasan emisi karbon dioksida lebih mudah dibanding menilai kondisi ekosistem, flora dan fauna dunia.

Negara-negara masih mencoba menentukan cara terbaik untuk mengukur kemajuan dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati dunia. NBSAP dan NDC dapat tumpang tindih mengingat alam membantu mengatur iklim dan bagaimana pemanasan global mengancam ekosistem dan populasi satwa liar.

Pedoman yang diterbitkan bersamaan dengan NBSAP mendorong negara-negara mengeksplorasi tindakan yang dapat memenuhi kedua tujuan tersebut. Satu hari sebelum COP16 digelar sekitar 16 persen negara sudah mengajukan rencana tersebut.

Bagi negara-negara yang memiliki sumber daya lebih sedikit mungkin sulit mengajukan rencana-rencana yang membutuhkan konsultasi dengan penduduk lokal dan masyarakat adat itu tepat waktu.

Pada tahun 2022, Kolombia dan Jerman meluncurkan Kemitraan Akselerator NBSAP senilai 30 juta euro untuk membantu negara-negara merencanakan upaya melindungi keanekaragaman hayati. Kini setidaknya sudah 21 negara yang berpartisipasi dalam kemitraan itu, termasuk Republik Demokratik Kongo dan Sri Lanka.

Tidak ada hukuman bagi negara-negara yang gagal memenuhi tenggat waktu. Negara-negara juga memiliki pilihan untuk mengirimkan laporan yang hanya mencantumkan target nasional mereka, namun tidak mencantumkan rincian tentang bagaimana target tersebut akan dicapai.

Lebih dari 90 dari 195 negara yang menyetujui Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global telah mengajukan target tersebut.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement