Kamis 07 Nov 2024 20:06 WIB

Jangan Asal Bakar Sampah, Asapnya Sangat Berbahaya bagi Kesehatan

Pemerintah Indonesia memperkuat kerangka regulasi.

Red: Satria K Yudha
Pembakaran sampah secata terbuka (ilustrasi).
Foto: Republika/ Ali Yusuf
Pembakaran sampah secata terbuka (ilustrasi).

ESGNOW.ID,  JAKARTA - Peneliti dari Cheng Shiu University Taiwan Aldeno Rachmad Ika mengingatkan bahaya polutan organik persisten (POP) seperti dioksin yang dihasilkan dari pembakaran sampah secara terbuka. Ia mendorong agar ada implementasi larangan terkait hal itu.

Aldeno yang juga Project Manager Center for Environmental Toxin and Emerging-Contaminant Research Cheng Shiu University menjelaskan, banyak jenis polutan organik persisten dihasilkan selama proses pembakaran sampah seperti plastik, selain juga dihasilkan oleh industri kimia, kertas dan pulp serta pembangkit listrik yang menggunakan batu bara.

Dia memberikan contoh kajian pada 2021 terkait pembakaran terbut pada pengolahan batu kabur di Jawa Timur yang dicampur dengan sampah-sampah termasuk plastik dan bahan lainnya seperti karet yang menemukan dampaknya pada kesehatan manusia.

"Jadi dampaknya terhadap kesehatan manusia di sini termasuk endocrine disruption chemicals yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi dan anak. Jadi secara sinergi beberapa POP dapat menjadi satu dan konsentrasinya meningkat dengan efek yang sangat berbahaya contohnya seperti kanker, kerusakan hati, kelenjar getah bening dan masalah pertumbuhan lainnya," katanya, Kamis (7/11/2024).

Untuk itu, dia mendorong Pemerintah Indonesia memperkuat kerangka regulasi dan penegakannya, termasuk mengurangi regulasi yang bertolak belakang satu dengan lainnya. Diperlukan juga peningkatan praktik pengelolaan sampah, penambahan kapasitas pemantauan dan penelitian serta sosialisasi lebih luas kepada publik.

Dia juga mengingatkan perlunya larangan segala jenis pembakaran terbuka sebagai bentuk pengelolaan sampah, mengingat senyawa seperti dioksin dapat menyelar lewat udara. Pemilahan sampah juga menjadi kunci ketika menggunakan insinerator dengan teknologi mumpuni.

"Jadi di sini sudah dipilah dari awal dari sumbernya sebelum pembakaran di mana ini penting sekali untuk mengontrol emisi yang dihasilkan. Di sini perlunya meningkatkan standar dan teknologi insinerator termasuk alat pengendali polusi udara yang modern," jelasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement