ESGNOW.ID, JAKARTA -- Ekosistem green economy atau ekonomi hijau di Indonesia bisa terbentuk salah satunya melalui penerbitan obligasi. Green economy bisa diwujudkan di antaranya adalah dengan pembangunan proyek-proyek berkelanjutan yang bisa membentuk ekosistem green economy tersebut.
Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, salah satu perusahaan yang menerbitkan green bonds adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Menurutnya, hal ini merupakan komitmen BNI dalam menerapkan Environmental, social, and governance (ESG).
“Sebagai wujud pada prinsip green economy, jika dana segar yang dihasilkan untuk proyek (dengan asas terciptanya ekonomi hijau di Indonesia) tentunya kalau terjadi inflow karena pelaku pasar melakukan pembelian, tentunya green economy akan tercipta,” katanya saat dihubungi, Kamis (7/11/2014).
Dia menambahkan, bagaimana janji dari Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen yang salah satunya dengan mengoptimalkan green economy. Sebab, lanjutnya, ada potensi dari ekosistem green economy ini.
“Harapan green economy di tanah air potensial. Dan bisa diaplikasikan misalnya dengan pembangunan infrastruktur di IKN yang menerapkan forest city. Ini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi baru. Ini memang salah satu, jadi ada kaitannya. Investor harusnya bisa memanfaatkan potensi ini,” ujarnya.
Pada 2022 yang lalu, untuk pertama kalinya BNI menerbitkan green bonds senilai Rp 5 triliun. Dengan rating Id (AAA) dari lembaga pemeringkat Pefindo, green bonds ini terdiri dari dua jenis yaitu series A (Rp 4 triliun) dengan tenor 3 tahun dan series B (Rp 1 triliun) dengan tenor 5 tahun.
Selanjutnya pada 2023 tercatat bahwa sebanyak 87,3 persen dari penerbitan green bonds tersebut telah dialokasikan untuk proyek-proyek hijau sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan komite dari ESG BNI. Artinya, sekitar Rp 4,4 triliun telah digunakan, di mana 53 persen diantaranya untuk proyek transportasi yang berkelanjutan.
Sisanya sebesar 18 persen untuk keberlanjutan sumber daya alam dan tanah, kemudian 13 persen untuk pengolahan limbah menjadi energi dan proyek lainnya adalah energi baru terbarukan dan juga untuk green building.
Dari penerbitan green bonds tersebut, berdampak langsung kepada lingkungan. Untuk proyek yang dimulai dari energi baru terbarukan, transportasi berkelanjutan, green building, hingga pengolahan limbah, tercatat mengurangi emisi efek rumah kaca hingga 1,4 juta tCO2eq per tahun. Masih dalam proyek yang sama, setidaknya jumlah energi yang diproduksi mencapai hampir 50 ribu MWh.
Adapun untuk proyek transportasi berkelanjutan, setidaknya penghematan energi mencapai 790 ribuan Gj per tahun. Kemudian, jumlah limbah yang berhasil didaur ulang tercatat mencapai 1,6 juta ton per tahun. Tak hanya itu, lebih dari 28 ribu pohon berhasil ditanam kembali dan lebih dari 300 ribu Ha lahan berhasil dilindungi.
Green bonds yang diterbitkan tersebut telah berdampak positif pada penurunan produksi emisi BNI. Lebih lanjut penguatan green portofolio seperti ini akan terus didorong sehingga mempercepat terciptanya ekosistem ekonomi hijau di Indonesia. Bahkan, pemerintah menyiapkan berbagai insentif bagi perusahaan sehingga menambah gairah pengurangan emisi di Indonesia.