ESGNOW.ID, BAKU -- Ketua Delegasi Indonesia di Pertemuan Perubahan Iklim PBB ke-29 Hashim S Djojohadikusumo menyebut sejumlah perusahaan besar dunia tertarik berinvestasi dalam teknologi penyerapan dan penangkapan karbon di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Hashim saat berpidato dalam pembukaan Paviliun Indonesia COP29 di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).
Hashim mengatakan, Indonesia diberkahi dengan akuifer air asin yang sangat banyak, sehingga sangat potensial untuk membangun fasilitas penyerapan dan penangkapan karbon. "Beberapa perusahaan multinasional seperti ExxonMobil, British Petroleum, dan lainnya telah mengajukan rencana untuk berinvestasi di bidang penangkapan dan penyimpanan karbon. Indonesia diberkahi dengan potensi yang sangat besar untuk penyimpanan karbon. Kami diberkati dengan akuifer air asin yang sangat banyak di seluruh nusantara, baik di daratan maupun di lepas pantai," kata Hashim yang juga Utusan Khusus Presiden bidang Energi dan Lingkungan.
Akuifer air asin merupakan lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang mengandung air asin, seperti spons raksasa yang terisi air garam. Akuifer ini bisa ditemukan di berbagai kedalaman, dari yang relatif dekat dengan permukaan hingga sangat dalam di bawah tanah.
Ide untuk menyimpan karbon di akuifer air asin muncul sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Karbon dioksida (CO2), salah satu gas rumah kaca utama, dapat ditangkap dari sumber emisinya (misalnya pabrik) dan kemudian diinjeksikan ke dalam akuifer air asin yang dalam.
Hashim mengatakan Indonesia diperkirakan memiliki kapasitas penyimpanan karbon sebesar 500 gigaton. Hashim mengatakan jumlah ini sangat besar. Sebagai gambaran, ini mencontohkan negara tetangga, Singapura, mengeluarkan sekitar 40 juta ton karbon setiap tahunnya.
Hashim mengatakan Pemerintah Indonesia akan mempresentasikan kapasitas penyimpanan karbon ini kepada negara-negara dan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia yang tertarik untuk memiliki atau menemukan kapasitas penyimpanan untuk emisi karbon dioksida mereka.
"Kami juga telah memverifikasi 577 juta ton karbon yang ingin kami tawarkan kepada dunia yang telah kami tawarkan kepada berbagai pihak dan saya senang untuk mengatakan bahwa beberapa pihak yang berminat telah membuat komitmen untuk membeli, seperti teman kami Kerajaan Norwegia yang telah membuat komitmen 30 juta ton," katanya.
Ia mencatat salah satu negara Arab Teluk juga telah membuat komitmen menawarkan untuk membeli 287 juta ton karbon. Hashim mengatakan pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol, sedang menyelesaikan penilaian untuk 600 juta ton karbon lebih lanjut yang diharapkan dapat ditawarkan kepada dunia dalam beberapa bulan ke depan.