Kamis 14 Nov 2024 14:37 WIB

PGE Ajak Dunia Manfaatkan Potensi Panas Bumi untuk Transisi Energi dan Atasi Krisis Iklim

Panas bumi adalah solusi ideal untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Red: Satria K Yudha
 Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan paparan di Paviliun Indonesia dalam perhelatan COP29, di Azerbaijan, Rabu (13/11/2024),
Foto: PGE
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan paparan di Paviliun Indonesia dalam perhelatan COP29, di Azerbaijan, Rabu (13/11/2024),

ESGNOW.ID,  BAKU -- PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) menegaskan komitmennya menjadikan Indonesia sebagai raksasa energi hijau melalui partisipasi dalam Conference of the Parties (COP) 29 di Baku, Azerbaijan. Pada konferensi perubahan iklim yang digagas oleh Perserikatan Bangsa Bangsa ini, PGE menyoroti peran panas bumi sebagai katalisator utama dalam transisi energi dan solusi strategis menghadapi krisis iklim.

Dalam panel diskusi bertema "Transisi Energi: Inovasi, Pendekatan Keberlanjutan, Upaya Strategis, dan Inisiatif untuk Mencapai Target Iklim Indonesia" di paviliun Indonesia pada COP 29, Rabu (13/11/2024), Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan bahwa transisi ke energi hijau merupakan kebutuhan yang mendesak, terutama bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Apalagi, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang luar biasa, terutama energi panas bumi yang paling cocok menggantikan peran energi fosil.

Baca Juga

"Sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab dan peluang besar menjadi pemimpin transisi energi global. Dengan karakteristiknya sebagai energi baseload, panas bumi adalah solusi ideal untuk menggantikan bahan bakar fosil, mendorong agenda transisi ke energi bersih dan mengurangi laju perubahan iklim,” kata Julfi Hadi.

Diskusi panel yang membahas pengembangan energi bersih untuk mencapai target iklim Indonesia ini juga menghadirkan pembicara lainnya seperti Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi, Executive Vice President Transisi Energi dan Keberlanjutan PT PLN (Persero) Kamia Handayani dan Director of Sustainable Energy Hub United Nations Development Program (UNDP) Riad Meddeb.

Julfi Hadi menyoroti sejumlah tantangan pengembangan energi panas bumi. Dari total sumber daya 24 GW, baru sekitar 10 persen yang dimanfaatkan. Dengan semangat COP29, ia menekankan pentingnya kolaborasi global untuk mempercepat pengembangan energi ini.

Julfi mengungkapkan, pengembangan panas bumi masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari aspek teknis, regulasi, hingga pembiayaan. Namun, dengan kerja sama global, Indonesia bisa menjadikan tantangan ini sebagai peluang.

"Negara-negara di dunia perlu mendorong terciptanya ekosistem yang mendukung pengembangan panas bumi, terutama melalui penguatan sektor keuangan hijau. Investasi yang lebih besar di sektor ini adalah kunci untuk mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih bersih," ujarnya,

Julfi Hadi juga memaparkan bahwa percepatan pengembangan panas bumi akan membuat Indonesia berpotensi menjadi raksasa energi hijau dunia. Ini selaras dengan peta jalan EBT nasional yang menargetkan kapasitas terpasang panas bumi 10,5 GW pada 2035. Target ini diharapkan menarik investasi sebesar 17-18 miliar dolar AS, berkontribusi hingga 22 miliar dolar AS pada PDB, serta menciptakan hingga 1 juta lapangan kerja.

Untuk mendukung visi tersebut, PGE terus berkomitmen meningkatkan kapasitas terpasang hingga 1,5 GW pada 2030 melalui implementasi paradigma baru pengembangan panas bumi yang lebih efisien dan

inovatif melalui sejumlah pendekatan.

Pendekatan itu, antara lain, pengembangan bertahap untuk meminimalisasi risiko, penerapan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi, kolaborasi untuk meningkatkan volume dan konsolidasi pasar,engembangan bisnis "hijau" baru, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau, serta promosi lokalisasi teknologi dengan mendorong manufaktur lokal komponen utama pembangkit panas bumi.

"Potensi energi baru dan terbarukan terutama panas bumi adalah kekuatan besar yang tidak hanya mendukung Indonesia memperkuat komitmen iklim dan mencapai target nol emisi pada 2060, tetapi juga mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan dan swasembada energi nasional,” kata Julfi Hadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement