Rabu 26 Feb 2025 17:00 WIB

WWF Indonesia Perkenalkan Enam Pilar Keuangan Berkelanjutan

Sektor perbankan dapat berperan aktif dalam menciptakan masa depan berkelanjutan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Keuangan berkelanjutan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Keuangan berkelanjutan (ilustrasi).

ESGNOW.ID,  JAKARTA – WWF Indonesia menekankan pentingnya penyesuaian tujuan bisnis dan perluasan jaringan untuk mencapai keberlanjutan yang lebih baik di sektor perbankan. Sustainable Finance Lead WWF Indonesia, Rizkia Sari Yudawinata, mengungkapkan enam pilar penting dalam penerapan keuangan berkelanjutan yang dikenal dengan SUSBA (Sustainable Banking) .

Menurut Rizkia, pilar pertama adalah penyesuaian tujuan. "Bank-bank perlu menyesuaikan tujuan mereka dari usaha ke bisnis yang lebih berkelanjutan. Ini termasuk memperluas jaringan dengan pihak-pihak yang memiliki pemahaman yang sama," ujarnya, di 2025 Sustainable Finance Update WWF, Rabu (26/2/2025).

Baca Juga

Ia menambahkan komunikasi antar sektor kunci, terutama perbankan, sangat penting untuk mengartikulasikan kebijakan yang mendukung keberlanjutan.

Pilar kedua adalah kebijakan. Rizkia menjelaskan meskipun banyak bank telah memiliki strategi dan visi, kebijakan yang jelas dan spesifik sektor sangat diperlukan untuk memastikan efektivitas implementasi. "Kebijakan harus diikuti dengan SOP yang jelas agar dapat diimplementasikan dengan baik," tambahnya.

Selanjutnya, Rizkia menyoroti pentingnya keterlibatan semua fungsi dalam organisasi, mulai dari manajemen hingga bagian HR dan komunikasi korporat. "Semua fungsi harus bekerja sama untuk mencapai tujuan keberlanjutan," katanya.

Dalam konteks produk keuangan, Rizkia menjelaskan bank perlu mengembangkan produk yang dapat membantu mengatasi masalah lingkungan. "Kami perlu memastikan bahwa produk-produk yang ditawarkan tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan," ujarnya.

Rizkia juga mencatat tingkat pengakuan terhadap pentingnya keuangan berkelanjutan di kalangan bank-bank di ASEAN, termasuk Indonesia, sudah cukup tinggi. "Hampir seluruh bank di negara-negara ASEAN telah mengakui pentingnya SUSBA, dengan Vietnam menjadi satu-satunya negara yang belum mencapai 85 persen pengakuan," jelasnya.

Dalam hal pembiayaan iklim, Rizkia mengungkapkan bahwa untuk mencapai target global, dibutuhkan investasi sebesar 9,2 triliun dolar AS, dengan Indonesia memerlukan 281 triliun dolar AS hingga tahun 2030. "Bank-bank di Indonesia sudah mulai menyediakan produk keuangan hijau, namun masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan dampak positifnya," katanya.

Rizkia menekankan pengembangan produk keuangan yang mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) juga sangat penting. "UKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia, dan kita perlu mencari solusi untuk membantu mereka dalam transisi menuju keberlanjutan," ujarnya.

WWF Indonesia, melalui berbagai program dan kolaborasi dengan lembaga keuangan, berkomitmen untuk mendukung penerapan keuangan berkelanjutan di Indonesia. Rizkia berharap bahwa dengan adanya kerjasama yang baik antara sektor keuangan dan industri, Indonesia dapat mencapai tujuan keberlanjutan yang lebih ambisius di masa depan.

Dengan langkah-langkah yang tepat, Rizkia yakin bahwa sektor perbankan dapat berperan aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement