ESGNOW.ID, JAKARTA — Petani kecil di berbagai wilayah Indonesia, khususnya mereka yang bergantung pada komoditas ekspor seperti kakao, kopi, dan cengkeh, dinilai tengah menghadapi tekanan akibat dampak perubahan iklim yang semakin dahsyat.
Cuaca tak menentu, serangan hama semakin membabi buta, dan kualitas tanah yang memburuk tak pelak menurunkan hasil panen. Tidak cuma itu, kondisi ini juga semakin mempersulit penghidupan jutaan keluarga petani.
Sebuah konsorsium kolaboratif resmi diperkenalkan untuk memperkuat daya tahan petani kecil Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim tersebut. Inisiatif ini melibatkan lima institusi utama.
Mereka adalah Global Environment Facility Small Grants Programme atau GEF SGP Indonesia, Universitas Ghent dari Belgia, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, dan PT Supa Surya Niaga, yang juga didukung dari Amati Indonesia.
Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala mengungkapkan, konsorsium ini menyatukan kekuatan ilmu pengetahuan, bisnis, dan aksi komunitas dalam satu gerakan kolektif untuk membangun ketangguhan petani.
Sidi menjelaskan, dengan pendekatan inklusif dan berbasis bukti, seluruh mitra akan saling bergandeng tangan untuk mendorong transformasi pertanian Indonesia ke arah yang lebih adaptif, berkelanjutan, dan adil, ujar dia lewat keterangan tertulis, Ahad (1/5/2025).
