ESGNOW.ID, NEW YORK -- Bank-bank terbesar di dunia menjanjikan pembiayaan sebesar 869 miliar dolar AS (sekitar Rp 13.900 triliun) kepada perusahaan bahan bakar fosil sepanjang 2024. Temuan tersebut diungkap dalam laporan terbaru yang disusun oleh koalisi delapan kelompok lingkungan.
Laporan bertajuk Banking on Climate Chaos itu mengungkap bahwa komitmen tersebut diberikan kepada perusahaan yang bergerak di sektor batu bara, minyak, dan gas, di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap krisis iklim. Padahal, para ilmuwan telah menegaskan bahwa tidak boleh ada proyek bahan bakar fosil baru jika dunia ingin menghindari dampak iklim yang merusak.
Sebanyak dua pertiga dari 65 bank terbesar dunia dilaporkan meningkatkan pembiayaan mereka untuk sektor energi fosil, dengan kenaikan sebesar 162 miliar dolar AS dari 2023 ke 2024. Ini merupakan pembalikan dari tren penurunan pendanaan pada 2021.
Empat dari lima pemodal terbesar berasal dari Amerika Serikat, yakni JPMorgan Chase (53,5 miliar dolar AS), Bank of America, Citigroup, dan Wells Fargo. Satu-satunya bank non-AS dalam lima besar adalah Mizuho Financial dari Jepang. Barclays dari Inggris juga mencatat lonjakan pendanaan signifikan untuk sektor fosil.
Sejak Kesepakatan Iklim Paris ditandatangani satu dekade lalu, bank-bank besar telah menggelontorkan sekitar 7,9 triliun dolar AS untuk proyek-proyek energi fosil, termasuk pengeboran, jaringan pipa, dan infrastruktur lainnya.
“Dengan menyuntikkan dana sebesar 869 miliar dolar AS ke sektor fosil hanya dalam satu tahun, bank-bank ini mendanai kekacauan iklim yang merugikan masyarakat di seluruh dunia,” ujar David Tong, Manajer Kampanye Industri Global di Oil Change International, dilansir dari laman The Guardian.
Tong menegaskan pemerintah harus bertindak tegas untuk meminta pertanggungjawaban lembaga keuangan atas peran mereka dalam memperburuk krisis iklim.
Meskipun sebagian besar lembaga keuangan telah menyatakan komitmen terhadap target nol emisi bersih dan kesepakatan Paris, banyak yang justru menarik diri dari komitmen itu pada 2024. Termasuk enam bank terbesar AS—JPMorgan, Citigroup, Bank of America, Morgan Stanley, Wells Fargo, dan Goldman Sachs—yang mundur dari aliansi perbankan nol emisi bersih PBB pada Januari lalu.
Langkah tersebut menyusul perubahan dinamika politik di AS, termasuk kembalinya Donald Trump yang dikenal skeptis terhadap ilmu iklim dan kebijakan lingkungan. Pada Februari, Departemen Keuangan AS juga menarik diri dari inisiatif global pendanaan hijau.
Direktur dan Pendiri Reclaim Finance, Lucie Pinson, menyebut 2024 sebagai tahun di mana bank menunjukkan “jati diri mereka yang sebenarnya. “Sebagian besar bank telah meninggalkan komitmen iklim dan malah menggandakan pendanaan untuk ekspansi bahan bakar fosil, meski suhu global mencetak rekor,” tegasnya.
Sementara itu, Citigroup menyatakan pihaknya tetap berkomitmen mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon, dan menargetkan nol emisi gas rumah kaca dari portofolionya pada 2050. Barclays juga menyampaikan mereka telah menguncurkan hampir 100 miliar dolar AS untuk pembiayaan energi bersih dan berkomitmen menginvestasikan 500 juta poundsterling kepada startup teknologi iklim hingga 2027.