ESGNOW.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat melalui Ocean Climate Action Plan berkomitmen untuk mengeksplorasi potensi lautan untuk energi terbarukan, baik dari tenaga angin lepas pantai maupun sumber yang belum banyak dieksplorasi seperti ombak, pasang surut, dan arus. Bahkan, perairan dingin yang berada di bawah laut tropis pun dapat menyediakan energi laut yang bersih.
Rencana ini mengakui upaya ambisius yang hampir rampung di lepas pantai Oregon, di mana 11 kilometer conduit diletakkan di bawah dasar Samudra Pasifik dengan menggunakan teknik pengeboran horizontal drilling. Dalam waktu dekat, kabel-kabel tebal akan dipasang melalui conduit tersebut untuk menghubungkan daratan ke PacWave, sebuah tempat uji coba eksperimental lepas pantai yang dibangun untuk mengembangkan dan mendemonstrasikan teknologi baru yang mengubah kekuatan ombak menjadi listrik di daratan.
Setelah beroperasi penuh (paling cepat tahun 2025), PacWave dapat menghasilkan hingga 20 megawatt, cukup untuk menerangi beberapa ribu rumah. "Saya sangat tertarik dengan energi ombak karena sumber dayanya sangat besar," ujar Levi Kilcher, seorang ilmuwan senior di National Renewable Energy Laboratory, seperti dilansir CNET, Kamis (21/9/2023).
Kilcher adalah penulis utama laporan NREL tahun 2021 yang mengumpulkan data yang tersedia tentang sumber energi laut di AS, termasuk ombak, pasang surut, dan arus laut. Tim menemukan bahwa total potensi energi tersebut setara dengan lebih dari setengah (57 persen) listrik yang dihasilkan di AS dalam satu tahun.
Meskipun lokasi percobaan seperti PacWave menunjukkan cara yang efisien untuk memanen tenaga gelombang dan dapat memfasilitasi terobosan baru, energi gelombang masih harus menempuh jalan panjang sebelum menjadi sumber listrik yang signifikan. Meskipun gelombang bersifat stabil, namun gelombang tidak identik, sehingga menjadi tantangan utama dalam mendesain mesin untuk menangkap energinya.
"Saya sangat tertarik dengan energi gelombang karena sumber dayanya sangat besar,” kata Kilcher.
Ada beberapa pendekatan untuk menangkap energi gelombang termasuk perangkat yang berada di atas gelombang, atau perangkat yang mengubah tekanan gelombang yang terjadi di dasar laut menjadi tenaga listrik. Pendekatan lain melibatkan perangkat yang disebut kolom air osilasi (oscillating water column), yang memampatkan udara saat gelombang menerjang. Udara yang terkompresi itu memutar turbin dan menghasilkan energi.
Peneliti senior di Pacific Northwest National Laboratory, Andrea Copping, mengatakan bahwa ada ketertarikan baru pada bentuk energi laut lainnya: konversi energi panas laut (OTEC) yang memanfaatkan perbedaan temperatur suhu air laut di permukaan dan suhu air laut dalam, dimana lautan menerima panas menerima panas dari sinar matahari. Energi tersebut menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.
Teknologi OTEC dipelopori pada tahun 1970-an ketika harga energi melambung tinggi, namun tidak pernah benar-benar populer. Menurut Copping, perubahan iklim telah menyebabkan lebih banyak perhatian pada OTEC, yang mungkin cocok untuk pulau-pulau seperti Puerto Rico, Guam dan negara-negara kecil di Pasifik Selatan.
Sebuah pembangkit listrik tenaga uap kecil OTEC telah berfungsi di Hawaii selama bertahun-tahun. Copping percaya bahwa komitmen baru dari pemerintah AS menjanjikan masa depan teknologi ini, yang juga menarik minat yang signifikan di Jepang dan negara-negara lain di sekitarnya.