ESGNOW.ID, JAKARTA -- DHL, perusahaan logistik internasional, melihat energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai sektor yang berpeluang besar berkembang di Indonesia, khususnya dalam ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Indonesia memiliki target besar. Pada 2027, negara ini disebut-sebut ingin menjadi salah satu dari tiga produsen baterai EV terbesar di dunia.
Menurut DHL, hal itu sejalan dengan fokus strategi 2030 mereka di bidang tersebut. Managing Director DHL Supply Chain Indonesia, Matthias Gehrsitz, mengatakan sejak tahun lalu pihaknya telah mencatat setidaknya ada tujuh produsen EV yang berkomitmen membangun fasilitas produksi di Indonesia. Selain itu, banyak perusahaan EV asal China yang menunjukkan minat besar untuk mencari mitra logistik yang mampu menyediakan layanan logistik menyeluruh secara aman dan sesuai regulasi.
“Pengalaman kami yang sudah ada di industri otomotif bersama pelanggan seperti Chery dan Wuling Motors, ditambah kapabilitas regional serta pengetahuan mendalam di industri EV, menempatkan kami pada posisi strategis untuk membantu para pelaku EV menavigasi lanskap bisnis di Indonesia,” ujar Matthias dalam sebuah diskusi di Hotel Fairmont, Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Untuk mendukung industri ini, pelanggan DHL di sektor kendaraan listrik mendapatkan akses ke solusi logistik menyeluruh dari hulu ke hilir yang dirancang khusus untuk supply chain EV. Solusi ini mencakup manajemen transportasi multimoda, pergudangan khusus dengan layanan bernilai tambah seperti pengujian dan pengisian daya baterai, serta penanganan baterai purnajual. DHL juga memiliki tim khusus logistik EV dengan keahlian mendalam untuk menangani kompleksitas sektor ini, sekaligus memastikan standar tinggi keselamatan dan kepatuhan tetap terjaga.
President Director DHL Global Forwarding Indonesia, Nicholas Bongsosartono, menyinggung ambisi perusahaan untuk menjadi pelopor dalam operasional logistik rendah karbon. Hal ini sejalan dengan target hijau Indonesia. Pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 dan mewujudkan ekonomi rendah karbon selambatnya tahun 2060. Indonesia juga berkomitmen menghentikan operasional pembangkit listrik berbahan bakar fosil pada 2039, serta secara signifikan meningkatkan kapasitas EBT.
“DHL mendukung target keberlanjutan Indonesia melalui berbagai inisiatif,” ujar Nicholas.