Senin 09 Oct 2023 21:01 WIB

Indonesia Gandeng Brasil Kembangkan Ethanol Sebagai Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Ethanol dinilai bisa menekan penggunaan bahan bakar fosil.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nora Azizah
Pengembangan bahan bakar ethanol akan menjadi salah satu solusi bagi Indonesia untuk lepas dari bahan bakar fosil.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pengembangan bahan bakar ethanol akan menjadi salah satu solusi bagi Indonesia untuk lepas dari bahan bakar fosil.

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Menteri ESDM Arifin Tasrif bersama Brazilian Sugarcane Industry Association (UNICA), Brazilian Ethanol Cluster (APLA), akan mengembangkan ethanol sebagai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dinilai menjadi salah satu solusi di tengah meningkatnya ketergantungan BBM fosil.

"Untuk mengurangi ketergantungan pada impor BBM dan mencapai ketahanan energi nasional yang lebih baik serta mendukung pembangunan berkelanjutan, pemerintah Indonesia mempromosikan sumber energi yang tersedia secara lokal, berkelanjutan, dan mudah diakses, seperti bioetanol," ujar Arifin, Senin (9/10/2023).

Baca Juga

Arifin menjelaskan, pada 2022, Indonesia mencatat peningkatan signifikan dalam konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar lebih dari 1.100 MBOE, meningkat sekitar 30 persen dibandingkan tahun 2012. Peningkatan ini terutama didorong oleh permintaan kuat dari sektor industri dan transportasi.

Sebagian besar kebutuhan BBM domestik kami saat ini dipenuhi melalui impor, terutama untuk bahan bakar jenis gasoline. Volume impor gasoline meningkat dari sekitar 123 juta barel pada tahun 2015 menjadi 138 juta barel pada tahun 2022. 

"Ketergantungan tinggi terhadap impor BBM tentu saja dapat membahayakan keamanan energi nasional," kata Arifin.

Sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia telah melakukan kajian dan uji coba implementasi bioethanol sebagai bahan bakar. Namun baru skala kecil dan lokasi yang terbatas. Tantangan seperti minimnya bahan baku dan harga yang tinggi menjadi salah satu kendala pengembangan etanol saat itu.

Pada November 2022, Presiden Joko Widodo meluncurkan program bioetanol tebu untuk keamanan energi di Mojokerto, Jawa Timur. Untuk memulai kembali Mandat Bioetanol, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PT Pertamina (Persero), dan para pemangku kepentingan terkait telah melakukan uji jalan hingga 15 ribu km dengan hasil yang memuaskan.

Uji pasar produk pencampuran bioetanol saat ini sedang dilakukan. Pertamax Green 95, yang merupakan pencampuran E5 dan bensin RON 95, saat ini tersedia di beberapa stasiun pengisian bahan bakar di Surabaya dan Jakarta. Uji pasar ini telah diterima dengan baik oleh konsumen yang menjadi target.

"Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden pada tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan pasokan bioetanol untuk bahan bakar bio serta melakukan studi tentang penggunaan berbagai jenis bahan baku, khususnya tanaman minyak non-pangan," ujar Arifin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement