ESGNOW.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) berharap agar bonus penurunan emisi CO2 yang mencapai 2 juta ton bisa diperdagangkan di pasar karbon.
"Karena itu lebih baik dari target kita," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda Priaadi di Jakarta, Jumat (13/10/2023).
Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika memberi sambutan dalam Tripatra Sustainable Engineering Summit yang bertajuk, "Ushering the New Era: Dare to Change Tomorrow!".
Dalam kesempatan tersebut, Yudo memaparkan bahwa realisasi penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia, hingga saat ini, mencapai 118,2 juta ton CO2. Realisasi tersebut, kata Yudo, melampaui target enhanced nationally determined contribution (ENDC) Indonesia yang sebelumnya ditetapkan sebesar 116 juta ton CO2 ekuivalen.
Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional atau nationally determined contribution (NDC) merupakan kontribusi tiap negara anggota PBB yang menandatangani Perjanjian Paris 2015 atau Paris Agreement dalam menurunkan emisi karbon. "Jadi, kita sekarang sudah bonus sekitar 2 juta ton CO2. Mudah-mudahan bisa lebih," kata Yudo.
Lebih lanjut, Yudo juga mengatakan bahwa pada 2022, sektor energi berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 91,5 juta ton CO2 ekuivalen, yang dilakukan melalui aksi mitigasi efisiensi energi, energi baru terbarukan, bahan bakar rendah karbon, penggunaan teknologi pembangkit bersih, dan kegiatan lainnya. Berbagai capaian tersebut, kata Yudo, merupakan bukti dari komitmen untuk memenuhi NDC dan menggerakkan transisi energi Indonesia.
Pada 2024, Yudo menyatakan bahwa Indonesia menargetkan akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 142 juta ton. "Melalui enhanced NDC, Indonesia menaikkan target penurunan emisi karbon," ujar Yudo.