ESGNOW.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim telah dikaitkan dengan cuaca ekstrem yang terjadi di berbagai negara. Mulai dari peningkatan intensitas hujan disertai badai, kemarau berkepanjangan, suhu panas, gelombang panas, hingga angin kencang yang memicu berbagai bencana dan menyebabkan 43,1 juta anak di dunia terpaksa mengungsi menurut data PBB dari tahun 2016 hingga 2021.
Lembaga pengamatan Bumi dan lingkungan milik Uni Eropa, Copernicus, juga telah mengungkap bahwa September 2023 menjadi bulan terpanas yang pernah tercatat secara global. Merespon keadaan ini, para ahli menilai bahwa komunikasi perubahan iklim harus dilakukan dengan tepat agar masyarakat bisa lebih aware.
Salah satunya dalam penyebutan istilah cuaca. Pakar cuaca dan iklim dari University of Georgia, J Marshall Shepherd, mengatakan bahwa penggunaan istilah “peristiwa cuaca ekstrem” (extreme weather event) lebih tepat daripada “cuaca buruk” (severe weather).
“Ketika meninjau teks untuk salah satu proyek tentang komunikasi perubahan iklim, saya menyarankan agar menggunakan cuaca ekstrem daripada cuaca buruk. Saya kira, cuaca ekstrem lebih tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi belakangan ini,” kata Shepherd seperti dilansir Forbes, Selasa (31/10/2023).
Ia menjelaskan, banyak orang mungkin mengasosiasikan "cuaca buruk" dengan berbagai hal termasuk banjir, angin topan, suhu ekstrem, badai salju, dan sebagainya. Namun dalam dunia meteorologi, "severe" memiliki arti yang sangat spesifik. National Weather Service mendefinisikan badai petir parah sebagai badai petir yang menghasilkan tornado, angin berkecepatan minimal 58 mph (50 knot atau 93 kilometer/jam), dan atau hujan es berdiameter minimal 1 inci.
Karenanya, dia merasa, cuaca ekstrem atau kejadian ekstrem lebih tepat untuk menggambarkan berbagai macam hasil yang terkait dengan perubahan iklim. Situs web climate.gov mendefinisikan kejadian ekstrem sebagai, waktu dan tempat di mana cuaca, iklim, atau kondisi lingkungan-seperti suhu, curah hujan, kekeringan, atau banjir-berada di atas nilai ambang batas di dekat ujung atas atau ujung bawah kisaran pengukuran historis.
Sementara itu, situs web Program Lingkungan PBB mendefinisikan cuaca ekstrem sebagai cuaca buruk yang tidak terduga, tidak biasa, tidak dapat diprediksi, atau tidak sesuai dengan musim.
“Dalam kedua kasus tersebut, cuaca buruk adalah bagian dari kategori ekstrem yang lebih luas dan pada akhirnya, itulah alasan mengapa cuaca buruk dan ekstrem berbeda,” kata Marshal.