Studi ini juga menyoroti bahwa penerapan kebijakan ramah lingkungan memainkan peran penting dalam menentukan hasil kesehatan. Orang dewasa berusia 65 tahun ke atas diproyeksikan akan mengalami peningkatan 2,9 hingga 3,5 kali lebih besar dalam hal kematian kardiovaskular akibat cuaca panas yang ekstrem dibandingkan dengan mereka yang berusia antara 20 dan 64 tahun.
Selain itu, orang dewasa kulit hitam non-Hispanik diproyeksikan mengalami peningkatan 3,8 hingga 4,6 kali lebih besar dalam kematian kardiovaskular akibat panas ekstrem, dibandingkan dengan orang dewasa kulit putih non-Hispanik.
"Besarnya persentase kenaikan ini cukup mengejutkan. Peningkatan ini tidak hanya menjelaskan hubungan yang diketahui antara kematian kardiovaskular dan panas ekstrem, tetapi juga dipengaruhi oleh populasi yang semakin tua dan peningkatan proporsional dalam jumlah orang dari ras dan atau etnis lain di AS,” jelas Khatana.
Orang kulit hitam dinilai rentan karena mereka lebih sering terpapar oleh suhu panas yang menyengat. Ditambah lagi, banyak orang kulit berwarna yang terpapar suhu panas yang ekstrem melalui pekerjaan yang membuat mereka harus berada di luar ruangan.
“Air, tempat teduh dan istirahat adalah kunci untuk melindungi para pekerja tersebut. Namun hingga saat ini, hanya tiga negara bagian AS yang telah menetapkan standar untuk masalah tersebut,” kata ilmuwan iklim dari Union of Concerned Scientist, Kristina Dahl, dikutip News Max.
Khatana dan Dahl mendorong agar otoritas segera melakukan mitigasi iklim yang serius saat ini. Misalnya dengan menanam pohon di lingkungan perkotaan untuk memberi keteduhan, membangun cooling centers yang mudah diakses, dan menyusun rencana aksi untuk mempersiapkan diri menghadapi gelombang panas.