ESGNOW.ID, JAKARTA -- Gletser di wilayah Himalaya mengalami dampak perubahan iklim, kehilangan miliaran galon air glasial setiap tahunnya. Demikian menurut para pejabat dari International Centre for Integrated Mountain Development (ICIMOD), yang berpartisipasi dalam One Planet Polar Summit di Prancis, yang berakhir beberapa waktu lalu.
Pegunungan Hindu Kush Himalaya menyimpan volume air beku terbesar ketiga di dunia setelah Kutub Utara dan Antartika. Direktur Jenderal ICIMOD, Pema Gyamtsho, menekankan pentingnya kriosfer (lapisan air yang membeku) di Hindu Kush Himalaya sebagai sumber air yang sangat penting bagi salah satu wilayah yang paling padat dan kaya akan keanekaragaman hayati di dunia.
Karena itu, ia menyerukan agar para pemimpin global segera memenuhi komitmen mereka dalam membatasi kenaikan suhu akibat bahan bakar fosil dan deforestasi.
"Mengingat tingkat paparan yang luar biasa terhadap dampak iklim, wilayah ini harus diprioritaskan demi menyelamatkan jutaan orang yang terancam harus pindah jika kita melewati batas-batas yang bisa ditoleransi. Juga untuk menyelamatkan ekosistem dan ancaman kepunahan spesies serta untuk mempercepat transisi menuju energi terbarukan," kata Gyamtsho seperti dilansir Kuensel, Senin (13/11/2023).
Mencairnya es di kutub dan gunung yang cepat, yang saat ini menutupi 10 persen planet ini, menimbulkan risiko bencana, membahayakan mata pencaharian, kehidupan, ekosistem, dan satwa liar, menurut rilis media dari ICIMOD. Risiko-risiko tersebut meliputi kenaikan permukaan laut, pengasaman, erosi gunung dan pesisir, pemanasan air, banjir, peristiwa cuaca ekstrem, dan perubahan habitat.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Aksi Iklim pada tanggal 20 September, juga mendesak para pemimpin dunia untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil untuk melindungi gletser di Himalaya dan di seluruh dunia. Organisasi Masyarakat Sipil pada KTT One Planet Polar juga menyerukan rencana aksi untuk merespon hilangnya lapisan es dan memperlakukan krisis iklim sebagai keadaan darurat global.
Studi ICIMOD baru-baru ini menunjukkan bahwa area dan volume salju akan berkurang di sebagian besar wilayah selama dekade ini karena peningkatan suhu dan garis salju juga akan menurun. Aliran sungai di wilayah Hindu Kush Himalaya juga diproyeksikan akan meningkat hingga tahun 2050, sehingga menimbulkan risiko bagi sektor pembangkit listrik tenaga air. Studi ini menyoroti bahwa meskipun pemanasan global dibatasi hingga 1,5 derajat Celsius, pemanasan akan menjadi setidaknya 0,3 derajat Celsius lebih tinggi di wilayah Hindu Kush Himalaya.