ESGNOW.ID, Penelitian yang diterbitkan pada Kamis (23/11/2023) di jurnal Science memperkirakan bahwa polusi dari pembangkit listrik tenaga batu bara menewaskan sekitar 460.000 orang di Amerika Serikat antara tahun 1999 dan 2020. Fakta itu menggambarkan pembangkit listrik batu bara dua kali lebih mematikan dibandingkan jenis emisi partikulat halus lainnya.
Setelah menghitung paparan tahunan terhadap partikulat halus—yang dikenal sebagai PM2.5—dari 480 pembangkit listrik tenaga batu bara dan memeriksa catatan kematian Medicare, para peneliti menemukan bahwa antara 420 ribu hingga 500 ribu kematian di AS selama dua dekade terakhir disebabkan oleh polusi batu bara.
Kematian tersebut, tulis para peneliti, “akan dapat dihindari” jika seluruh emisi sulfur dioksida dari pembangkit listrik tenaga batu bara dihilangkan.
Lucas Henneman, asisten profesor di Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Infrastruktur Sid dan Reva Dewberry di Universitas George Mason, mengatakan kepada The Guardian bahwa "polusi udara dari batu bara jauh lebih berbahaya daripada yang kita duga, dan kita telah memperlakukannya seperti "itu hanyalah polutan udara lainnya."
“Bukti seperti ini penting bagi pembuat kebijakan seperti [Badan Perlindungan Lingkungan] karena mereka mengidentifikasi solusi hemat biaya untuk membersihkan udara negara, seperti mewajibkan pengendalian emisi atau mendorong energi terbarukan,” tambah Henneman.
Studi baru ini menunjukkan bahwa peraturan tersebut efektif dalam menurunkan angka kematian akibat polusi batu bara di AS, yang merupakan angka kematian tertinggi antara tahun 1999 dan 2007, yakni lebih dari 43.000 kematian per tahun. Setelah tahun 2007, jumlah kematian tahunan yang disebabkan oleh polusi batu bara turun tajam, mencapai sekitar 1.600 pada tahun 2020.
“Penurunan besar angka kematian tahunan selama periode penelitian menyoroti keberhasilan pengurangan emisi yang dihasilkan oleh peraturan di bawah Amandemen Undang-Undang Udara Bersih tahun 1990,” tulis para penulis penelitian.
“Meskipun penggunaan batu bara di AS masih rendah, penggunaan batu bara secara global diperkirakan akan meningkat dan mencapai titik tertinggi pada tahun 2025, hal ini menunjukkan potensi tingginya biaya kematian akibat batu bara di tahun-tahun mendatang,” tulis penelitian tersebut.
Pada tahun 2021, ratusan negara untuk pertama kalinya sepakat untuk menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap, namun “tenaga batu bara hampir tidak mengalami penurunan sejak saat itu,” Financial Times melaporkan awal pekan ini.