ESGNOW.ID, JAKARTA -- Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan bumi terus meningkat sejak revolusi industri. Pada 2023, terjadi peningkatan lebih dari 1 persen emisi dari pembakaran bahan bakar fosil dibandingkan dengan tahun 2022, menurut Global Carbon Budget yang disusun oleh Pierre Friedlingstein dari University of Exeter, Inggris, dan rekan-rekannya.
Namun pada 2024, emisi ini akan mulai menurun untuk pertama kalinya, terutama didorong oleh ekspansi energi terbarukan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pergeseran ke kendaraan listrik.
"Itu semua mulai tumbuh dengan kecepatan yang melebihi pertumbuhan permintaan energi. Pada titik tersebut, kita mulai menggeser pertumbuhan bahan bakar fosil,” kata Claire Fyson dari think tank Jerman, Climate Analytics, seperti dilansir New Scientist, Kamis (4/1/2023).
Dalam laporan terbarunya, Fyson dan pada rekan-rekannya di Climate Analytics, menemukan bahwa ada 70 persen kemungkinan emisi mulai turun pada tahun 2024. Itu bisa terjadi, jika tren pertumbuhan energi bersih terus berlanjut dan ada kemajuan yang dibuat untuk mengurangi emisi non-CO2.
"Ini adalah satu-satunya skenario yang memenuhi target batas kenaikan suhu, dengan tingkat keyakinan yang tinggi (70 persen) ketika memperhitungkan fluktuasi emisi dari tahun ke tahun," kata dia.
Pertumbuhan eksplosif yang terus berlanjut dari tenaga angin dan surya khususnya akan mendorong bahan bakar fosil keluar dari sektor tenaga listrik, yang mengarah ke puncak batu bara pada tahun 2023 dan puncak gas pada tahun 2024. Sementara itu, pertumbuhan kendaraan listrik yang terus berlanjut dapat menyebabkan puncak minyak pada tahun 2025.
Mencapai puncak emisi gas rumah kaca - titik di mana emisi tidak bertambah dan mulai turun - akan menjadi titik krusial bagi dunia. Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) sebelumnya telah menyatakan bahwa mencapai puncak emisi sebelum tahun 2025 adalah langkah penting untuk menjaga batas 1,5 derajat Celcius tetap dalam jangkauan.
Dalam laporannya, Fyson juga melakukan analisis yang berfokus pada empat tindakan utama yang dapat dilakukan pemerintah dalam satu tahun ke depan untuk mencapai puncak emisi. Pertama, mendukung keberhasilan kendaraan tenaga angin, surya dan listrik merupakan langkah yang paling kuat dalam hal penghematan emisi, diikuti dengan tindakan bersama untuk mengurangi metana. Tindakan utama lainnya, termasuk peluncuran cepat pompa panas dan peningkatan efisiensi energi, tidak dinilai karena ketersediaan data tetapi akan menurunkan emisi lebih cepat lagi.
Selain itu, pada tahun 2030, negara-negara juga dinilai perlu melipatgandakan energi terbarukan, menggandakan efisiensi energi, mempercepat elektrifikasi sektor-sektor yang membutuhkan energi, menghentikan deforestasi, dan mengurangi emisi metana hingga lebih dari 30 persen.
“Investasi energi bersih global perlu ditingkatkan 2,5 kali lipat, dengan peningkatan terbesar terjadi di negara-negara berkembang. Rencana produksi bahan bakar fosil yang baru harus dihentikan, dengan produksi bahan bakar fosil turun sekitar 40 persen selama satu dekade menuju penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara penuh, cepat, dan adil,” kata Fyson.