Kamis 11 Jan 2024 15:59 WIB

Perubahan Iklim Ancam Masa Depan Masyarakat Pesisir dan Pulau Kecil

Isu perubahan iklim sangat berhubungan dengan isu kependudukan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Salah satu dampak yang ditimbullkan oleh perubahan iklim dialami oleh masyarakat pesisir dan pulau kecil. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Salah satu dampak yang ditimbullkan oleh perubahan iklim dialami oleh masyarakat pesisir dan pulau kecil. (ilustrasi)

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Perubahan iklim berdampak pada berbagai hal. Salah satu dampak yang ditimbullkan oleh perubahan iklim dialami oleh masyarakat pesisir dan pulau kecil. Peningkatan air laut akibat perubahan iklim membuat kelangsungan hidup masyarakat pesisir dan pulau kecil menjadi semakin rentan.

“Dampak lainnya yang mempengaruhi kualitas kesehatan, kualitas hidup, derajat hidup, bahkan masa depan masyarakat ini,” ujar Kepala Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nawawi dalam diskusi‘Vulnerability and Resilience Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam Menghadapi Krisis Iklim’, dikutip Kamis (11/1/2024). 

Baca Juga

Nawawi meyakini, isu perubahan iklim sangat berhubungan dengan isu kependudukan. Sebab, menurut dia, hal itu terkait dengan wilayah-wilayah pulau kecil. Dia menyatakan hal tersebut berdasarkan hasil riset yang dilakukan pusat risetnya. Sebab itu, diskusi yang diselenggarakan diharapkan dapat memberikan wawasan baru terkait kondisi di pulau-pulau kecil.

“Ini menjadi isu penting buat kita karena ke depannya riset-riset tentang perubahan iklim akan menjadi salah satu isu strategis dan menjadi perhatian BRIN,” kata dia. 

Dalam kesempatan itu, Zulfirman Rahyantel, mahasiswa Program Doktoral Department of Natural Resources and The Environment Cornell University, menanggapi melalui materi terkait kajian isu yang sedang ia dalami pada program studi doktoralnya saat ini. Kajiannya berangkat dari sebuah keresahan dirinya sebagai anak pulau di salah satu kampung pesisir di Maluku. 

Dia mengaku merasakan betul bagaimana kenaikan permukaan air laut di pulau kecil tempat tinggalnya dan bagaimana dampak perubahan iklim bagi mata pencaharian baik petani maupun nelayan di pesisir. Kurangnya perhatian terhadap isu perubahan iklim dan dampaknya bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil membuatnya terpanggil untuk melakukan kajian.

”Sebagai kelompok peneliti dari kelompok akademis maka saya perlu sekali menyuarakan hal ini kembali ke publik,” ujar Zulfirman. 

Menurut dia, dengan begitu tantangannya menjadi lebih besar. Bukan hanya pada level mempengaruhi kebijakan publik di Indonesia, tetapi juga bagaimana membicarakannya pada level dunia agar menjadi salah satu hal yang diperhatikan dengan serius.

Dia kemudian menjelaskan apa saja yang menjadi latar belakang kajian yang dilakukan. Dia mengawali penjelasan soal definisi kerentanan yang bermakna ketidakmampuan suatu sistem untuk mengatasi atau beradaptasi dengan dampak negatif. Misalnya, terkait perubahan iklim. Dia menyebutkan tiga hal yang menjadi faktor elemen kunci kerentanan, yaitu eksposur, sensitivitas, dan kemampuan untuk beradaptasi.

Sedangkan ketahanan, sebagaimana pendapat ahli, dia menerangkan pemahamannya sebagai kemampuan untuk melawan, beradaptasi, mengatasi, melakukan transformasi, dan pulih dalam menghadapi tantangan atau gangguan. Dalam hal itu terkait dengan perubahan iklim pada masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. 

Lebih lanjut, dalam hal analisis riset-riset yang sudah dilakukan di Indonesia terutama di pulau-pulau kecil dan pesisir terkait perubahan iklim. Zulfirman menggunakan kerangka multidimensi kerentanan. Dia mencoba melihat masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil pada enam dimensi yang berbeda. 

Zulfirman pun menjelaskan rinciannya yang meliputi dimensi sosial, ekonomi, budaya, fisik, lingkungan, dan institusi/lembaga. Lalu dijelaskan pula hasil analisis ketahanan masyarakat yang bisa dibangun atau dimaksimalkan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.

Menurutnya, riset dan kajian tersebut harus dihadirkan secara mendalam. Hal ini supaya semua program kebijakan iklim dapat berbasis masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, serta berbasis karakteristik ekologi dan juga sistem sosial pada masyarakat tersebut.

 

”Kenapa? karena pada kesempatan diskusi ini ini akan dilihat narasi-narasi terkait dengan perubahan iklim dan pulau-pulau kecil sebagai narasi umum yang tidak sampai pada level masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil,” kata dia.

Maka itu dia menekankan, perlu upaya untuk membumikan lag, dampak dari perubahan iklim. Hal tersebut bisa mendorong masyarakat agar bisa melakukan sesuatu solusi secara kolektif. Jadi, menurut pandangannya, riset-riset yang dilakukan tidak hanya bermuara pada publikasi dan konferensi-kompresi saja.

“Terakhir, hal yang perlu diperhatikan bersama untuk kajian-kajian ke depannya adalah pada aspek ketahanan dan kerentanan masyarakat, kedaulatan pangan, desain bersama adaptasi perubahan iklim, penciptaan pengetahuan bersama, kalender ekologi, dan strategi penghidupan,” kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement