ESGNOW.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof Herdhata Agusta, mengatakan bahwa biomassa dan limbah abu terbang dapat menjadi sumber material yang dapat ditambang dan dikelola melalui rekayasa formula. Menurut dia, rekayasa formula tersebut dapat mendukung sistem pertanian terpadu.
Secara nasional, limbah abu terbang yang tidak langsung berasal dari kegiatan pertanian mencapai lebih dari 8 juta ton per tahun. Abu terbang ini mengandung semua mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
“Potensi ini memberikan peluang besar untuk pemanfaatan limbah abu terbang sebagai sumber mineral yang berguna dalam kegiatan pertanian, menciptakan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan limbah dan mendukung pertumbuhan tanaman secara efisien,” kata Prof Herdhata dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University.
Prof Herdhata menjelaskan, biomassa dan limbah biomassa dari kegiatan pertanian mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa. Kandungan lignin dapat mencapai 12 hingga 35 persen dari total biomassa produk pertanian dan kehutanan. Bahkan, dengan rekayasa khusus, proses dekomposisinya masih berpotensi untuk dipercepat.
“Proses ini menghasilkan sejumlah besar senyawa fenolat, yang dapat meningkatkan efisiensi dekomposisi dibandingkan dengan proses alami yang sangat lambat,” kata dia seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (30/1/2024).
Prof Herdhata meneruskan, dengan mengintegrasikan pupuk mineral, abu terbang, kompos atau bahan organik dan agen hayati lainnya dalam formulasi pelet, maka formula tersebut dapat diarahkan menjadi ‘Pupuk Sempurna’.
“Telah terbukti bahwa penambahan perekat pelet dan abu terbang secara positif memengaruhi kesuburan fisik dan kimia tanah, serta memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan hasil tanaman,” kata dia.
Lebih lanjut, kata Prof Herdhata, melalui rekayasa formula ini juga dapat mengoptimalkan kembali limbah biomassa dalam sistem produksi pertanian untuk diolah menjadi larutan pirolisis dalam suasana anaerob.
“Ini membawa manfaat dalam mengurangi ketergantungan pada pestisida impor, meningkatkan fungsi pertanian berkelanjutan, dan tidak kalah pentingnya mendukung sistem ekonomi sirkular,” ucap Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University itu.