ESGNOW.ID, JAKARTA -- Jenama-jenama fesyen dengan perputaran produk yang sangat cepat seperti Shein dari China harus diberi penalti hingga 50 persen dari harga jual pakaian mereka, untuk mengimbangi dampak lingkungan yang mereka timbulkan. Demikian usulan para anggota parlemen dari partai berkuasa di Prancis dalam sebuah rancangan undang-undang (RUU) baru.
Para anggota parlemen mengatakan bahwa jenama-jenama fesyen ultra-cepat, alih-alih memperbarui koleksinya empat kali per tahun seperti jenama-jenama pakaian tradisional, justru menawarkan ribuan produk baru setiap harinya, sehingga memicu pengeluaran berlebihan dan polusi yang tidak perlu.
"Evolusi sektor pakaian menuju fesyen yang bersifat sementara, yang menggabungkan peningkatan volume dan harga murah, memengaruhi kebiasaan membeli konsumen dengan menciptakan dorongan membeli dan kebutuhan konstan untuk pembaruan, yang bukannya tanpa konsekuensi lingkungan, sosial, dan ekonomi," kata RUU tersebut seperti dilansir Reuters, Rabu (6/3/2024)
RUU tersebut menyoroti perusahaan pakaian ready-to-wear dari China, Shein, yang rata-rata menghadirkan lebih dari 7.200 model pakaian baru setiap harinya, dan menyediakan lebih dari 470 ribu produk yang berbeda bagi konsumen.
Untuk mengimbangi dampak lingkungan dari fesyen ultra-cepat, para anggota parlemen mengusulkan denda hingga 10 euro per barang yang dijual, atau hingga 50 persen dari harga jual, pada tahun 2030.
Shein, dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Prancis AFP, mengatakan bahwa pihaknya akan mengikuti praktik-praktik internasional terbaik dalam hal pembangunan berkelanjutan dan komitmen sosial. Setelah diskusi di komite parlemen, RUU ini akan diajukan ke parlemen pada paruh kedua bulan Maret.
Menteri Lingkungan Hidup Prancis Christophe Bechu menyampaikan bahwa setelah pertemuan dengan para pelaku industri, aktivis dan peneliti, kementeriannya merencanakan beberapa langkah untuk mengurangi dampak lingkungan dari fashion.
Ia mengatakan bahwa Prancis berencana melarang iklan oleh perusahaan-perusahaan fesyen ultra-cepat dan pengenalan sistem insentif keuangan untuk membuat fesyen ultra-cepat menjadi lebih mahal, sementara fesyen yang berkelanjutan menjadi lebih murah.
Popularitas peritel e-commerce fast fesyen seperti Shein dan Temu telah mendisrupsi sektor ritel. Shein memanfaatkan jaringan pemasok yang sebagian besar berbasis di Tiongkok, melawan tren manufaktur tradisional dengan menerima pesanan awal dalam jumlah kecil, kemudian meningkatkannya berdasarkan permintaan.
Rantai pasokan yang sangat fleksibel telah memungkinkan Shein untuk menciptakan model bisnis yang berbeda dari pemain fast-fashion yang sudah mapan seperti Zara dan H&M, yang memelopori jadwal produksi yang lebih pendek tetapi masih sangat bergantung pada prediksi preferensi pembeli.