ESGNOW.ID, JAKARTA -- Adopsi teknologi bersih yang cepat dapat meningkatkan keterjangkauan energi, demikian menurut laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA). Badan tersebut menegaskan bahwa tugas utama pemerintah di seluruh dunia adalah membuat teknologi energi bersih lebih mudah diakses oleh mereka yang mungkin kesulitan dengan biaya di awal.
IEA juga mencatat bahwa investasi tambahan di sektor ini diperlukan untuk mencapai target net zero pada tahun 2050.
“Laporan ini menunjukkan bahwa untuk mencapai net zero pada 2050 butuh investasi tambahan. Namun hal itu akan mengurangi biaya operasional sistem energi global lebih dari setengahnya selama dekade mendatang, dibandingkan dengan kebijakan saat ini. Hasil akhirnya adalah sistem energi yang lebih terjangkau dan lebih adil bagi konsumen,” demikian pernyataan IEA seperti dilansir Arab News, Sabtu (1/6/2024).
Menurut IEA, teknologi energi bersih sudah lebih kompetitif dalam hal biaya selama masa pakainya, dibandingkan dengan teknologi yang bergantung pada bahan bakar konvensional seperti batu bara, gas alam, dan minyak.
Analisis tersebut juga menyoroti bahwa kendaraan listrik, meskipun mahal dibandingkan dengan kendaraan konvensional, akan lebih hemat dalam jangka panjang karena harga perawatannya yang rendah.
“Bahkan ketika kendaraan listrik, termasuk kendaraan roda dua dan tiga, memiliki biaya awal yang lebih tinggi, yang tidak selalu terjadi, kendaraan listrik biasanya menghasilkan penghematan karena biaya operasional yang lebih rendah. Peralatan hemat energi seperti pendingin ruangan memberikan manfaat biaya yang serupa selama masa pakainya,” kata IEA.
Lembaga thinktank energi ini lebih lanjut menunjukkan bahwa transisi energi bersih bergantung pada pembukaan tingkat investasi di muka yang lebih tinggi, khususnya di negara-negara berkembang.
Menurut laporan tersebut, perkembangan investasi energi bersih di negara-negara berkembang juga sangat lambat. Ini terjadi karena risiko nyata maupun yang dipersepsikan yang menghambat proyek-proyek baru dan akses terhadap pembiayaan.
“Selain itu, distorsi dalam sistem energi global saat ini dalam bentuk subsidi bahan bakar fosil mendukung bahan bakar yang sudah ada, membuat investasi dalam transisi energi bersih menjadi lebih menantang,” ujar IEA.