Gelombang panas yang melanda Asia memaksa Filipina meliburkan sekolah, menewaskan beberapa orang di Thailand dan mendorong suhu panas hingga tingkat tertinggi di Indonesia, Malaysia, Maladewa dan Myanmar.
Gelombang panas yang berlangsung selama berpekan-pekan di India bulan lalu juga menewaskan puluhan orang dan memaksa sekolah-sekolah di liburkan. Para ilmuwan mengatakan kehidupan tidak akan berakhir bila suhu bumi di atas 1,5 derajat Celsius, tapi mempersulit kehidupan.
Penelitian PBB sebelumnya menunjukkan bila suhu bumi di atas 1,5 atau mencapai 2 derajat Celsius, maka akan terjadi perubahan ekosistem besar-besaran. Dampak yang ditimbulkan seperti hilangnya terumbu karang dan es laut di Artik, punahnya sejumlah spesies flora dan fauna, dan memburuknya fenomena cuaca ekstrem mematikan dan menghancurkan infrastruktur.
"Ambang batas Paris bukan angka ajaib. Mencapai tingkat pemanasan rata-rata itu selama beberapa tahun tidak akan meningkatkan dampak dari apa yang sudah kita saksikan," kata ilmuwan di Woodwell Climate Research Center di Massachusetts, Jennifer Francis.
Ilmuwan iklim berpendapat penggunaan bahan bakar fosil harus dikurangi untuk menghindari konsekuensi terburuk dari perubahan iklim. Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batu bara merupakan kontributor utama pemanasan global yang disebabkan aktivitas manusia.
"Sampai tingkat konsentrasi gas rumah kaca turun, kami akan terus melihat suhu udara tembus rekor, bersamaan dengan semakin sering dan intensnya peristiwa-peristiwa cuaca ekstrem," kata Francis.
Energi terbarukan tumbuh dengan cepat tapi masih perlu tumbuh lebih cepat. Efisiensi sedang dipelajari, dikembangkan, dan diterapkan di seluruh perekonomian seperti dalam cara menghangatkan rumah dan bangunan, memasak dan memproduksi semen. Tapi ilmuwan mengatakan adaptasi harus segera dilakukan.