ESGNOW.ID, LONDON -- Laporan perusahaan konsultasi Oliver Wyman mengungkapkan nilai transaksi pasar kredit karbon dioksida di seluruh dunia dapat mencapai 100 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.635 triliun dengan kurs Rp 16.384 per dolar AS) per tahun antara 2030 sampai 2035 jika hambatan-hambatannya dapat diatasi. Pasar kredit karbon tahun lalu hanya sekitar 2,7 miliar dolar AS.
Dikutip dari Investopedia, kredit karbon merupakan hak untuk mengeluarkan sejumlah karbon dioksida atau gas rumah kaca (GRK) lainnya. Satu kredit karbon mengizinkan emisi satu ton karbon dioksida atau setara dengan gas rumah kaca lainnya. Kredit karbon juga dikenal sebagai penyeimbangan karbon. Kredit karbon bagian dari program perdagangan emisi yaitu mekanisme berbasis pasar yang memungkinkan terjadinya negosiasi dan pertukaran hak emisi gas rumah kaca.
Perusahaan yang menghasilkan polusi diberikan kredit yang memungkinkan mereka terus menghasilkan polusi hingga batas tertentu yang dikurangi secara berkala. Perusahaan dapat menjual kredit yang tidak dibutuhkan kepada perusahaan lain yang membutuhkannya, sehingga perusahaan swasta mendapatkan insentif ganda untuk mengurangi emisi rumah kaca.
Pertama, mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli kredit tambahan jika emisi mereka melebihi batas. Dan kedua, mereka dapat menghasilkan uang dengan mengurangi emisi mereka dan menjual kelebihan kredit mereka.
Para ilmuwan PBB mengatakan memburuknya perubahan iklim dan lemahnya upaya pemangkasan emisi, membuat tujuan iklim hanya bisa tercapai bila dunia berhasil menghilangkan miliaran ton karbon dari atmosfer bumi setiap tahun.
Dalam laporan Oliver Wyman, the City of London Corporation dan UK Carbon Markets Forum, Kamis (27/6/2024) menyebutkan, permintaan kredit karbon dari sektor teknologi, keuangan, kimia dan penerbangan sudah mulai meningkat. Tapi belum cukup mendorong skala proyek yang diperlukan.
Menurut laporan tersebut, total perdagangan kredit karbon pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 2,7 miliar. Tetapi dapat meningkat hingga 100 miliar dolar AS per tahun pada tahun 2030 sampai 2035.
Salah satu hambatannya adalah belum adanya standar universal mengenai kredit penghapusan CO2 dan kurangnya panduan tentang bagaimana penghapusan dapat digunakan untuk membantu memenuhi target iklim.
Di seluruh dunia, sudah 32 miliar dolar AS diinvestasikan dalam proyek-proyek penghilangan karbon dioksida, dengan 21 miliar dolar AS di antaranya untuk solusi-solusi dengan teknologi seperti proyek-proyek penangkapan udara langsung (direct air capture/DAC) yang menyedot CO2 dari atmosfer dan 11 miliar dolar AS untuk solusi-solusi yang berbasiskan alam, seperti penanaman pohon.
Kritikus mengatakan terlalu fokus pada penggunaan kredit karbon dapat menghalangi perusahaan untuk mengurangi emisi mereka sebanyak mungkin.