ESGNOW.ID, PONTIANAK - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak mengimbau masyarakat mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). BMKG mendeteksi ladanya tiga titik panas di Kalimantan Barat.
"Berdasarkan data terbaru pemantauan hotspot (titik panas) di wilayah Kalbar dari tanggal 29-30 Juni 2024 terpantau terdapat tiga titik panas di Kalbar. Ketiga titik panas tersebut berada di Kabupaten Ketapang sebanyak dua titik dan Kabupaten Bengkayang sebanyak satu titik," kata kata Prakirawan Cuaca BMKG Supadio, Deby, di Sungai Raya, Senin (1/7/2024).
Untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran titik panas tersebut, pihaknya mengimbau pemda menyiapkan sejumlah langkah pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Kalbar yang saat ini memasuki musim kemarau, dengan melakukan modifikasi cuaca dan koordinasi dengan lembaga terkait.
"Dari pantauan yang kami lakukan, diprediksikan musim kemarau di wilayah Kalbar telah memasuki dasarian (rentang waktu 10 hari) ketiga di bulan Juni, dengan puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli hingga Agustus 2024," tuturnya.
Deby menjelaskan, meski saat ini sudah memasuki musim kemarau, namun berdasarkan perkembangan peringatan dini cuaca wilayah Kalimantan Barat, masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
Dia menambahkan, langkah BMKG Supadio Pontianak untuk menekan dampak musim kemarau di beberapa wilayah di Kalbar saat ini juga dilakukan koordinasi bersama instansi terkait, sosialisasi, dan yang terpenting, operasi modifikasi cuaca di sejumlah daerah.
Operasi modifikasi cuaca yang sudah dimulai pada 25 Juni dan akan berlanjut hingga 5 Juli 2024 difokuskan pada wilayah dengan lahan gambut yang masuk kategori rawan, seperti Kabupaten Ketapang, Kubu Raya, serta sebagian wilayah Sanggau dan Sambas.
"Saat ini, perencanaan operasi modifikasi cuaca sedang berlangsung di sebagian Kabupaten Sanggau," katanya.
Operasi modifikasi cuaca ini bertujuan untuk menciptakan hujan buatan yang dapat membantu menjaga kelembapan lahan gambut dan mencegah terjadinya kebakaran.
"Dengan adanya koordinasi yang baik antara BMKG dan instansi terkait, diharapkan ancaman kekeringan dan Karhutla dapat diminimalisir, sehingga masyarakat dapat menjalani musim kemarau dengan lebih aman," tuturnya.
Upaya BMKG Supadio Pontianak dalam melakukan modifikasi cuaca merupakan salah satu bentuk komitmen untuk menjaga lingkungan dan melindungi masyarakat dari dampak negatif musim kemarau yang ekstrem. Melalui inisiatif ini, BMKG berharap dapat mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan serta menjaga kelestarian ekosistem gambut di Kalbar.
"Operasi ini adalah bukti nyata bahwa kami terus berusaha melindungi sumber daya alam dan masyarakat dari ancaman Karhutla," kata Deby.