Rabu 17 Jul 2024 16:40 WIB

Ekspansi Tambang Nikel Picu Deforestasi

Dalam 10 tahun terakhir, smelter nikel Indonesia bertambah pesat.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Foto udara kawasan tambang ore nikel di Desa Lalampu, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Ahad (7/1/2024).
Foto:

10 tahun lalu, Pemerintah Indonesia bertekad untuk berhenti menjual sumber daya dengan harga murah dan sebagai gantinya memurnikannya, untuk menyediakan lapangan kerja dan mendapatkan harga yang lebih tinggi. Pembangunan nikel besar-besaran pun terjadi.

Selain smelter, pembangkit listrik tenaga batu bara juga diperbanyak untuk memenuhi kebutuhan lokasi industri baru. Desa-desa di sekitar pabrik dapat melihat pabrik nikel terang benderang, sementara mereka hidup dalam pemadaman listrik rutin.

Bijih nikel Indonesia terletak di endapan dangkal yang mudah diakses saat hutan hujan ditebang. Analisa terbaru berdasarkan data pemerintah menunjukkan bahwa deforestasi meningkat dari rata-rata 33 kilometer persegi setiap smelter menjadi 63 kilometer persegi. Apabila 22 pabrik nikel baru dibangun, deforestasi diprediksi meningkat drastis.

"Kerusakannya pada lingkungan sangat menghancurkan, deforestasi meningkat pesat, sungai tercemar, mangrove ditebang untuk pembangunan area smelter, wilayah pesisir dan terumbu karang rusak oleh smelter," kata Ketua Dewan Auriga, Timer Manurung.

Ia menambahkan limbah dari pembangkit listrik batu bara juga menimbulkan masalah. Indonesia merupakan pemilik hutan hujan tropis ketiga terbesar di dunia dan memiliki populasi orang utan dan gajah yang terancam punah. Menurut Global Forest Watch, sejak tahun 1950 lebih dari 740 ribu kilometer persegi hutan hujan Indonesia ditebang, dibakar atau mengalami degradasi.

Dari Desa Lelilef Sawai yang dikelilingi Taman Industri Teluk Weda dapat terlihat jelas dampak deforestasi. Librek Loha menolak menjual tanah yang sudah ia kelola selama empat dekade. Kini, debu sering menutupi tanamannya dan air bersih pun langka. Ia mengatakan tanaman pun tumbuh lebih lambat.

Dari lahan pertaniannya, ia dapat mendengar pembangunan dan melihat endapan berwarna jingga terang mengalir ke laut. Penelitian menunjukkan tanah longsor lebih mungkin terjadi di daerah hutan yang gundul.

Pemburu dan petani tradisional Max Sigoro sependapat dengan Librek. Lampu-lampu terang dan suara bising dari konstruksi mengusir rusa yang biasa diburunya di malam hari. Ia mengatakan sejak kawasan industri diperluas, ia kehilangan hampir semua pendapatannya.

PT Weda Bay Industrial Park menolak diwawancarai tapi dalam pernyataannya perusahaan itu mengatakan mereka menanam lebih dari 10 kilometer persegi pohon baru. Mereka juga mengaku berperan aktif dalam meningkatkan standar hidup masyarakat sekitar dengan menawarkan pembangunan ekonomi.

Perusahaan juga mengaku bahwa kawasan industri yang mereka bangun memenuhi semua persyaratan lingkungan dan meluncurkan program untuk melindungi air serta penanaman terumbu karang dan mangrove.

Keluhan dari penduduk desa di proyek Weda Bay sama dengan keluhan masyarakat di sekitar proyek smelter lainnya di seluruh Indonesia. Termasuk kawasan industri yang kontroversial di pulau Kalimantan dan proyek-proyek lainnya di Maluku Utara.

Keluhan-keluhan ini dinilai salah satu faktor yang membuat minat perusahaan Eropa pada nikel dari Indonesia berkurang. Beberapa waktu lalu, perusahaan pertambangan Prancis, Eramet, dan perusahaan kimia raksasa Jerman, BASF, mengumumkan  mereka membatalkan rencana membangun kilang nikel senilai 2,6 miliar dolar AS.

Eramet tidak menyebutkan alasannya, sementara BASF menyalahkan perubahan-perubahan di pasar nikel global. Indonesia merayu Tesla yang menggunakan logam dua kali lebih banyak dalam total produksi baterainya dibandingkan dengan kompetitornya.

Dalam laporan dampak nikel tahun lalu menyebutkan jumlah nikel yang digunakan Tesla pada tahun 2023 naik sepertiga dari tahun sebelumnya. Tapi hanya 13 persen yang berasal dari Indonesia.

Tesla tidak menanggapi pertanyaan tentang penggunaan nikel dari Indonesia dan deforestasi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga tidak menanggapi permintaan komentar.

Produksi nikel diharapkan bisa mengugnakan energi bersih, alih-alih batu bara. Dalam laporannya tahun lalu, lembaga nirlaba Transport and Environment mengatakan memproduksi nikel dengan energi bersih akan menghasilkan emisi jauh di bawah rata-rata industri.

Produsen mobil juga dapat melakukan lebih banyak hal untuk menyelidiki asal nikel mereka seperti menggunakan satelit, dan melarang nikel dari daerah yang gundul.

Namun bagi penduduk desa, kemakmuran yang mereka yakini akan datang, belum juga tiba.

“Sekarang air kami kotor dan ikan serta hewan yang kami buru sudah punah, dimana kehidupan yang lebih baik yang dijanjikan?” kata seorang warga bernama Ambar. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement