ESGNOW.ID, LONDON -- Regulator energi Inggris, Ofgem menaikkan batas tagihan listrik rumah tangga sebesar 10 persen. Kebijakan yang mulai berlaku 1 Oktober ini menaikkan tagihan listrik tahunan menjadi 1.717 poundsterling.
Ofgem mengatakan kenaikan batas tagihan listrik ini dipicu peristiwa cuaca buruk dan perang di Ukraina. "Pada akhirnya kenaikan harga yang kami umumkan hari ini didorong oleh ketergantungan kami pada pasar gas global yang tidak stabil yang terlalu mudah dipengaruhi oleh peristiwa internasional yang tidak terduga dan tindakan negara-negara agresif," kata CEO Ofgem Jonathan Brearley, Jumat (23/8/2024).
Kenaikan batas tagihan listrik rumah tangga yang diumumkan Ofgem sedikit di atas perkiraan para pakar. Pada Senin (19/8/2024) perusahaan konsultan energi Cornwall Insight memprediksi hanya akan naik 9 persen karena harga gas dan pasar grosir listrik sudah mulai pulih beberapa bulan terakhir.
"Walaupun harga mulai stabil dibandingkan dua tahun yang lalu, pasar belum sepenuhnya pulih dari krisis energi dan dampak invasi Rusia ke Ukraina," kata Cornwall Insight.
Menteri Energi Inggris Ed Miliband mengatakan kenaikan ini dampak langsung dari apa yang ia sebut "kebijakan energi gagal" yang diwarisi pemerintah Partai Buruh dari Partai Konservatif. "(Kebijakan ini membuat Inggris) tergantung pada pasar gas internasional yang dikendalikan para diktator," katanya dilansir dari laman Reuters.
Cornwall Insight mengatakan seharusnya ada langkah-langkah untuk melindungi warga rentan dari kenaikan tagihan listrik. Serta langkah jangka-panjang untuk beralih ke energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan Inggris pada pasar internasional.
“Meskipun kami tidak mengharapkan kembalinya harga-harga ekstrim seperti beberapa tahun terakhir, kecil kemungkinan tagihan akan kembali ke harga yang dulu dianggap normal,” kata Craig Lowrey, dari Cornwall Insight.
Pada tahun 2019 lalu Inggris memperkenalkan batas tagihan listrik. Titik tertinggi rata-rata tagihan listrik mencapai 4.279 poundsterling pada Januari 2023 lalu karena invasi Rusia ke Ukraina mengirimkan gelombang kejut ke seluruh pasar energi.
Simon Francis, koordinator Koalisi End Fuel Poverty, mengatakan tagihan energi tetap 65 persen lebih tinggi daripada sebelum krisis.