ESGNOW.ID, JAKARTA -- Perusahaan penelitian Rystad Energy melaporkan fasilitas yang memproduksi listrik dan gas dapat mengurangi emisinya hingga 80 persen dengan beralih ke energi terbarukan atau gas alami untuk pembakarannya.
Laporan tersebut mengatakan emisi karbon yang dihasilkan rig minyak dan aset-aset lain Norwegian Continental Shelf berkurang 86 persen per barel setelah perusahaan itu melakukan elektrifikasi. Elektrifikasi merupakan proses mengubah atau mengganti sumber energi yang tadinya bukan listrik menjadi listrik.
“Jika memungkinkan dan layak secara ekonomi, elektrifikasi memiliki potensi besar untuk menurunkan emisi industri sembari mempertahankan hasil produksi,” kata wakil presiden penelitian hulu di Rystad Energy Palzor Shenga, Kamis (19/9/2024).
Rystad Energy mengatakan meskipun negara-negara produsen lainnya mungkin menghadapi kendala logistik, elektrifikasi parsial akan mengurangi emisi secara signifikan.
Para ilmuwan memperkirakan dunia perlu mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 43 persen pada tahun 2030 dari tingkat emisi tahun 2019 agar dapat mencapai target Perjanjian Paris 2015 untuk menjaga pemanasan di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
Dalam 10 tahun terakhir, setiap tahunnya sekitar 140 miliar meter kubik kelebihan gas dibakar. Proses ini diperkirakan setara dengan sekitar 290 juta ton emisi CO2 per tahun.
Bank Dunia melaporkan dalam lima tahun terakhir perusahaan-perusahaan minyak di seluruh dunia memilih untuk membakar gas alam. Perusahaan-perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia menargetkan untuk mengurangi emisi mereka dengan cepat untuk mencapai tujuan nol bersih dalam hal pembuangan gas rumah kaca pada tahun 2050.
Dalam laporannya, Rystad Energy mengatakan bahwa aset-aset produksi wilayah-wilayah penghasil minyak dan gas terbesar di dunia mengurangi 50 persen emisi mereka maka dunia dapat menghindari kenaikan suhu sebesar 0,025 derajat Celsius pada tahun 2050.