ESGNOW.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang kerap terjadi selama masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan. Masa transisi ini ditandai kondisi atmosfer yang labil, dengan kelembapan udara yang tinggi serta pertumbuhan awan konvektif, terutama awan cumulonimbus, yang dapat memicu hujan lebat dan bencana hidrometeorologi.
Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ida Pramuwardani menjelaskan pada pagi hingga siang hari, pemanasan matahari cukup tinggi sehingga menyebabkan proses penguapan yang membentuk awan konvektif. “Biasanya awan konvektif ini berkembang pada sore hari, dan pertumbuhannya yang signifikan dapat memicu cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, dan angin kencang,” katanya, Kamis (10/10/2024).
BMKG mencatat cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang. Oleh karena itu, Ida menghimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada serta mengambil langkah-langkah mitigasi di lingkungan sekitar.
"Masyarakat perlu mengenali potensi bencana di lingkungannya dan memahami cara mengurangi risiko bencana. Misalnya, dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan, kita dapat mengurangi potensi banjir yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran air," jelas Ida.
Ia juga menekankan pentingnya kewaspadaan di daerah dengan topografi curam atau rawan longsor. “Khusus di daerah pegunungan atau tebing, masyarakat harus waspada terhadap dampak cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan tanah longsor, jalan licin, dan berkurangnya jarak pandang,” tambahnya.
Selain itu, Ida mengingatkan masyarakat untuk selalu meng-update informasi dari BMKG dan pemerintah daerah terkait cuaca ekstrem dan protokol evakuasi jika terjadi bencana.
"Masyarakat bisa mengakses informasi prakiraan cuaca dan potensi banjir melalui situs resmi BMKG atau aplikasi yang tersedia. Informasi ini penting untuk mengetahui detail peringatan dini cuaca ekstrem yang bersifat spesifik di setiap wilayah," tuturnya.
Ida menyebut meskipun BMKG mengeluarkan peringatan cuaca berskala provinsi, masyarakat harus memahami cuaca ekstrem dapat terjadi di skala lokal dengan intensitas yang berbeda-beda. Dengan demikian, kesiapsiagaan dan antisipasi dini sangat diperlukan untuk menghindari dampak buruk dari bencana alam yang mungkin terjadi.
Masa peralihan musim ini merupakan periode yang rawan, dan BMKG berkomitmen untuk terus memberikan informasi terkini terkait potensi cuaca ekstrem.
"Kami akan selalu memantau dan memberikan peringatan dini untuk membantu masyarakat menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu ini," katanya.