Selasa 10 Dec 2024 19:39 WIB

Suhu Global Naik Hingga 1,5 Derajat Celsius, Apa Bahayanya Bagi Indonesia?

Menurut akademisi 1,5 adalah batas yang tak boleh dilampaui dalam Perjanjian Paris.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Suhu panas bumi (ilustrasi). Para ilmuwan mengonfirmasi bahwa suhu bumi saat ini telah meningkat sebesar 1,5 derajat Celsius di atas tingkat praindustri.
Foto: www.freepik.com
Suhu panas bumi (ilustrasi). Para ilmuwan mengonfirmasi bahwa suhu bumi saat ini telah meningkat sebesar 1,5 derajat Celsius di atas tingkat praindustri.

ESGNOW.ID, JAKARTA -- Kenaikan suhu rata-rata global dinilai telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Para ilmuwan mengonfirmasi bahwa suhu bumi saat ini telah meningkat sebesar 1,5 derajat Celsius di atas tingkat praindustri. Akademisi dari Universitas Indonesia (UI), Mahawan Karuniasa, mengatakan kenaikan suhu rata-rata di global mencapai 1,5 derajat Celsius di atas tingkat praindustri dan dianggap sebagai titik krisis yang dapat memicu dampak terhadap lingkungan.

“Diperkirakan kita mungkin tembus 1,5. Padahal 1,5 adalah batas yang tidak boleh dilampaui dalam Perjanjian Paris dan kemungkinan tembus di tahun ini. Kita tunggu nanti di bulan Januari. Ya saya kira, kabar baiknya bahawa itu diperkirakan adalah temporer bukan permanen ya,” kata Mahawan Karuniasa di Jakarta, Selasa (10/12/2024).

Baca Juga

Menurut dia, jika hal tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang lama, berbagai bencana meteorologi bakal terjadi di Indonesia seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung hingga angin ekstrem. “Jadi kita masih punya ruang jangan sampai terulang lagi, jangan sampai menjadi permanen. Prinsipnya pada saat temperatur meningkat, bencana meteorologi itu juga meningkat tajam,” kata dia.

Dalam kaitan ini, dia menyampaikan bahwa efek gas rumah kaca masih menjadi penyumbang aktif dalam meningkatnya suhu rata-rata di global. Sehingga, harus ada jalan keluar untuk menghentikan masalah tersebut.

Salah satu penyumbang terbesar dalam meningkatnya suhu panas di global juga disebabkan efek dari pembakaran fosil yang kian hari terus meningkat. Kendaraan konvensional yang masih ramai juga menjadi pemicu.

“Energi transportasi, kemudian juga industri itu harus beralih ke ramah lingkungan, ke energi baru terbarukan,” ucap dia.

Dirinya meyakini bahwa di era pemerintah Presiden Prabowo ini, pencegahan untuk meningkatnya suhu, khususnya di Indonesia bisa dihindarkan dengan berbagai cara yang sudah dirumuskan di bawah Kabinet Merah Putih. “Tapi saya yakin, dengan pemerintah yang baru ini kelihatannya memiliki ambisi yang cukup kuat untuk mengentaskan isu emisi ini lebih baik,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement