ESGNOW.ID, BRUSSELS — Uni Eropa mendorong China mengambil peran lebih besar dalam memerangi krisis iklim. Komisioner Iklim UE Wopke Hoekstra menilai, ekonomi terbesar kedua di dunia itu harus segera mengurangi ketergantungannya pada batu bara dan menunjukkan kepemimpinan global dalam penurunan emisi.
Hoekstra sedang berada di Beijing untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bersama pejabat pemerintah China guna membahas isu iklim dan lingkungan. Salah satu desakan utama dari Uni Eropa adalah agar China menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru serta mempercepat transisi dari bahan bakar fosil.
“Kami mendorong China untuk mengambil lebih banyak peran pemimpin ke depannya dan benar-benar mengambil langkah berarti dalam pemangkasan emisi dalam beberapa tahun ke depan dan beralih dari batu bara,” ujar Hoekstra, Ahad (14/7/2025).
Data World Economic Forum menunjukkan bahwa China masih menjadi penghasil emisi terbesar dunia. Greenpeace mencatat, dalam tiga bulan pertama 2025, negara itu telah menyetujui pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 11,29 gigawatt. Jumlah itu melampaui total pembangunan PLTU baru sepanjang 2024.
Dalam wawancara dengan Financial Times pekan lalu, Hoekstra menyampaikan bahwa Uni Eropa menahan rencana deklarasi iklim bersama Cina hingga Beijing menunjukkan komitmen lebih besar untuk memangkas emisi.
“Kami terbuka untuk potensi deklarasi bersama, tapi masalah yang paling penting dari pernyataan-pernyataan ini adalah isinya,” katanya.
Meski tidak memerinci bentuk komitmen yang diharapkan, Hoekstra menyebut Uni Eropa terbuka untuk kerja sama menjelang Konferensi Iklim PBB (COP30) yang akan digelar di Brasil pada November 2025.
Sementara itu, Uni Eropa sedang merundingkan target pemangkasan emisi sebesar 90 persen dari level 1990 pada tahun 2040. Sejumlah negara anggota dilaporkan telah menyetujui target tersebut, meski masih terjadi ketegangan politik terkait ambisi iklim, terutama di tengah meningkatnya anggaran pertahanan dan dukungan terhadap industri lokal yang terdampak.
Eropa tercatat sebagai benua dengan laju pemanasan tercepat di dunia. Dampaknya semakin terasa dalam bentuk gelombang panas ekstrem dan kebakaran hutan yang kian sering terjadi.