ESGNOW.ID, LONDON -- European Securities and Markets Authority (ESMA) kembali memperbolehkan perusahaan energi dan listrik untuk menerbitkan obligasi hijau dalam pendanaan berkelanjutan (Sustainable Financing). Sebelumnya, pada November ESMA sempat memperketat aturan obligasi hijau untuk para perusahaan yang mayoritas pendapatannya dari bisnis fosil.
Dilansir dari Reuters, kebijakan ESMA sebelumnya membuat para manajer investasi kelimpungan memberikan penamaan dari aksi korporasi tersebut. Padahal, obligasi hijau merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup naik daun saat ini.
Dalam klarifikasinya, ESMA juga menambahkan ketentuan yang memperbolehkan dana berkelanjutan untuk memegang obligasi hijau dari perusahaan yang belum sepenuhnya memenuhi kriteria keberlanjutan. Namun, pengecualian ini tidak berlaku bagi perusahaan yang melanggar prinsip-prinsip UN Global Compact atau pedoman OECD untuk bisnis multinasional.
Melalui kebijakan ini, artinya obligasi hijau yang diterbitkan untuk mendukung proyek-proyek dekarbonisasi, energi terbarukan, atau efisiensi energi dapat tetap dimiliki oleh dana berlabel hijau meskipun penerbitnya berasal dari sektor intensif karbon seperti perusahaan listrik dan energi.
Agnes Gourc, Kepala Pasar Modal Berkelanjutan BNP Paribas, menyatakan bahwa kebijakan terbaru ESMA ini menghapus ketidakpastian yang selama ini menghambat para penerbit obligasi hijau.
“Banyak penerbit yang sempat menunda penerbitan obligasi hijau sambil menunggu kejelasan regulasi. Dengan keputusan ini, kuartal pertama tahun depan bisa menjadi periode sibuk bagi penerbitan obligasi hijau,” ujar Agnes, Selasa (17/12/2024).
Menurut data LSEG, perusahaan-perusahaan energi dan listrik saat ini menyumbang sekitar 20 persen dari pasar obligasi hijau global. Hingga September 2024, sektor ini telah menerbitkan obligasi hijau senilai lebih dari 70 miliar dolar AS.
Kebijakan ini dinilai krusial untuk memastikan pendanaan bagi proyek-proyek transisi energi tetap berjalan, terutama di tengah meningkatnya tuntutan dekarbonisasi dari berbagai negara. Obligasi hijau, sebagai instrumen pendanaan yang mendukung proyek berkelanjutan seperti energi terbarukan, efisiensi energi, dan pengurangan emisi, menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong ekonomi hijau.
Dengan kebijakan terbaru ini, ESMA berharap dapat menciptakan keseimbangan antara penegakan prinsip keberlanjutan dan kebutuhan praktis perusahaan di sektor energi untuk mendanai transisi menuju energi bersih.