Selasa 22 Jul 2025 15:21 WIB

Menhut: Panas Ekstrem dan Badai Filipina Picu Karhutla Riau

Kementerian Kehutanan sebut 10 hari terakhir cuaca ekstrem bikin tanah mudah terbakar

Red: Friska Yolandha
Seorang petani memerhatikan semak belukar yang terbakar dekat kebun miliknya di Kecamatan Dumai Timur, Dumai, Riau, Ahad (24/3/2024). Musim kemarau panjang yang melanda di daerah tersebut membuat kebakaran lahan semakin meluas dan kabut asap mulai menyelimuti daerah itu pada malam hari sementara pihak BPBD dan Manggala Agni terus berupaya memadamkan api di lokasi yang baru terbakar.
Foto: ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Seorang petani memerhatikan semak belukar yang terbakar dekat kebun miliknya di Kecamatan Dumai Timur, Dumai, Riau, Ahad (24/3/2024). Musim kemarau panjang yang melanda di daerah tersebut membuat kebakaran lahan semakin meluas dan kabut asap mulai menyelimuti daerah itu pada malam hari sementara pihak BPBD dan Manggala Agni terus berupaya memadamkan api di lokasi yang baru terbakar.

ESGNOW.ID, JAKARTA — Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengatakan cuaca panas ekstrem menjadi salah satu faktor utama penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla), termasuk yang terjadi di Riau, baru-baru ini. Ia menyebutkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa pada 10 hari terakhir terjadi panas ekstrem dan ada badai Wipha di Filipina, yang menimbulkan cuaca yang kering dan mudah terbakar.

“Ini memang ada panas ekstrem 10 hari terakhir ditambah lagi ada badai Wipha yang melanda Filipina, sehingga pembentukan awan susah dan kemudian sangat kering dan maka itu mudah terbakar,” kata Menhut dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (22/7/2025).

Baca Juga

Ia pun mengingatkan masyarakat Riau agar tidak melakukan land clearing atau pembakaran lahan dan hutan pada 22-28 Juli 2025.

“Data dari BMKG menunjukkan bahwa pada tanggal 22 sampai tanggal 28 Juli itu tingkat kemudahan terbakar di lapisan-lapisan atas permukaan tanah berpotensi mudah terbakar,” ujar Raja Juli.

Lebih lanjut, Menhut menegaskan akan melakukan penegakan hukum tanpa pandang bulu kepada masyarakat maupun perusahaan yang membakar hutan dan lahan.

“Jadi kepada masyarakat maupun perusahaan ada di Riau, saya sudah berkoordinasi dengan Kapolda, jangan berani-berani melakukan land clearing, membersihkan lahan untuk menanam dengan cara pembakaran, karena potensinya sangat luar biasa buruk,” ujar Raja Juli.

“Oleh karena itu kami akan melakukan penegakan hukum ya tanpa pandang bulu, tanpa segan-segan kepada masyarakat atau perusahaan yang membakar hutan atau lahan di Riau, di Sumatera atau di mana pun,” imbuhnya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat pertengahan Juli 2025, karhutla secara merata melanda 12 kabupaten/kota di Riau, dengan jumlah luasan lahan yang terbakar tertinggi di Kampar dan Bengkalis yang melampaui 100 hektare, kemudian Kabupaten Rokan Hilir, Siak hingga Indragiri Hilir lebih dari 50 hektare.

Kota Pekanbaru seluas 21,08 hektare atau bertambah seluas 6 hektare dari laporan kejadian pekan lalu dan api masih terus membara di kawasan terdampak.

BNPB melakukan berkoordinasi dengan Polda Riau, TNI, serta Satgas Karhutla setempat dalam menindak tegas para pelaku, termasuk memastikan pembuktian di lokasi kejadian.

Upaya ini bersamaan dengan pengerahan pasukan pemadam di lapangan dan pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) tahap tiga yang ditujukan untuk menurunkan hujan di wilayah rawan guna mempercepat pemadaman dan mencegah kabut asap meluas.

sumber : ANTARA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement