ESGNOW.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati berkomitmen untuk menyempurnakan informasi peringatan dini cuaca ekstrem seperti hujan deras atau angin kencang. Penyempurnaan dilakukan agar peringatan dini tidak diremehkan masyarakat maupun pemerintah daerah.
Dalam rapat kerja bersama anggota Komisi V DPR RI yang disiarkan secara daring di Jakarta, Selasa (11/3/2025), Dwikorita mengatakan pihaknya memastikan informasi peringatan dini cuaca ekstrem yang mereka didistribusikan mulai dari tiga jam, sampai enam hari sebelum peristiwa terjadi itu sampai dan diterima oleh kepada masyarakat.
“Namun, persoalannya hujan sedang seperti apa, hujan lebat seperti apa mereka tidak tahu, sehingga mereka juga tidak tahu untuk meresponsnya seperti apa. itulah yang akan kami sempurnakan karena kadang-kadang peringatan dini diremehkan,” kata dia, dalam rapat yang membahas persiapan infrastruktur dan transportasi mudik Lebaran Idul Fitri 2025 itu.
Ia memastikan bahwa atas kondisi tersebut, semua skema layanan informasi cuaca akan diubah atau ditingkatkan di mulai pada periode perjalanan libur Lebaran ini. Mantan rektor Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan peningkatan itu dimaksudkan bila sebelumnya laporan prakiraan cuaca diberikan satu kali setiap hari maka sekarang minimal dua kali dalam sehari memanfaatkan semua kanal media sosial BMKG.
“Kami mendistribusikan SMS blast yang lengkap, radio melalui RRI, Elsinta. Juga di dalamnya termasuk informasi misalnya ciri hujan sedang itu badan akan basah kuyub, dan hujan lebat itu basah kuyub dan juga pandangan terganggu sulit melihat ke depan,” kata dia.
Hal ini dinilai penting oleh para peserta rapat kerja tersebut sebagai mitigasi kerawanan bencana hidromterologi basah mengingat BMKG mendeteksi setidaknya sampai dengan dasarian ketiga atau pada 20-26 Maret potensi hujan lebat dan sedang masih ada di Jawa Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur.
Sementara itu, berdasarkan pemaparan Menteri Perhubungan dalam rapat kerja tersebut diketahui jumlah pelaku perjalanan periode libur lebaran tahun ini diprediksi meningkat dibanding tahun sebelumnya, yakni menjadi sebanyak 146,48 juta orang atau sekitar 52 persen dari jumlah total penduduk Indonesia.
Pergerakan di Pulau Jawa diperkirakan menjadi yang terbesar pada puncak arus mudik yang berlangsung mulai dari 21 Maret dan arus balik 11 April 2025. "Di sisi lain kami harap pemda lain juga memberikan respons cepat atas peringatan dini yang kami berikan, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Jakarta, yang langsung mengadakan modifikasi cuaca, ada responsnya itu intinya," kata Dwikorita.