Rabu 12 Mar 2025 14:38 WIB

Masa Depan Industri Energi Surya AS di Ujung Tanduk

Trump sedang mengkaji ulang subsidi untuk industri energi surya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Panel energi tenaga surya. (ilustrasi)
Foto: ABC News
Panel energi tenaga surya. (ilustrasi)

ESGNOW.ID, WASHINGTON -- Laporan terbaru mengungkapkan energi surya menyumbang 84 persen dari total kapasitas pembangkit listrik baru yang ditambahkan ke jaringan listrik AS tahun lalu. Tetapi, industri energi surya menghadapi masa depan yang menantang terutama dari kebijakan-kebijakan energi pemerintah Donald Trump.

Laporan Asosiasi Industri Energi Surya AS (SEIA) dan perusahaan riset dan konsultasi Wood Mackenzie mengungkapkan, tahun 2024 AS memasang 50 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit listrik energi surya. Itu merupakan rekor bagi pertumbuhan teknologi energi di AS dalam dua dekade terakhir.

"Rekor instalasi tahun lalu didukung beberapa kebijakan dan keringanan terhadap energi surya dalam Undang-Undang Reduksi Inflasi yang membantu mendorong minat pasar energi surya," kata Analis Utama Energi Surya Skala Utilitas Amerika Utara untuk Wood Mackenzie Sylvia Levya Martinez, belum lama ini.

Industri surya menjadi penerima manfaat terbesar dari subsidi yang ditetapkan undang-undang perubahan iklim Presiden Joe Biden tahun 2022 yang dikenal sebagai Undang-Undang Reduksi Inflasi (IRA).

Pemerintahan Trump mengatakan mereka sedang meninjau rencana pendanaan federal. Laporan SEIA dan Wood Mackenzie mengungkapkan penghapusan keringanan pajak yang ditetapkan Undang-Undang Reduksi Inflasi akan berdampak pada penyebaran energi bersih.

"Kami masih memiliki banyak tantangan di masa depan, termasuk pertumbuhan beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada jaringan listrik. Jika banyak dari kebijakan ini dihilangkan atau diubah secara signifikan, itu akan sangat merugikan pertumbuhan industri," kata Martinez.

Sektor energi bersih sudah waspada sejak Trump terpilih tahun lalu. Dalam pelantikannya, Trump menandatangani perintah eksekutif yang memprioritaskan peningkatan produksi bahan bakar fosil AS, menghentikan proyek pembangkit listrik tenaga bayu, dan membekukan pendanaan untuk proyek energi bersih yang disetujui pemerintahan Biden.

Laporan itu mengatakan pada tahun 2035 total kapasitas surya AS diperkirakan dapat mencapai 739 GW. Laporan tersebut memperingatkan perubahan kebijakan federal, seperti keringanan pajak, ketersediaan rantai pasokan, dan kebijakan perizinan, dapat menyebabkan perlambatan penyebaran energi surya.

Laporan tersebut mengatakan dalam skenario terburuk kapasitas energi surya AS satu dekade mendatang turun 130 GW. Penurunan  tersebut diperkirakan setara hampir 250 miliar dolar AS dana investasi yang hilang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement