ESGNOW.ID, BOSTON -- Boston Consulting Group (BCG) dalam laporan terbarukan mengungkap pentingnya upaya peningkatan produksi bahan bakar pesawat berkelanjutan (SAF). Jika tidak segera ditingkatkan, maka kemungkinan besar target 2030 akan sulit dicapai.
Pada tahun ini, maskapai-maskapai Eropa berharap dapat memenuhi target penggunaan SAF sebanyak 2 persen dari total bahan bakar pesawat mereka. Lalu naik menjadi 6 persen pada tahun 2030.
Namun, upaya tersebut tertahan tingginya harga SAF. Bahan bakar berkelanjutan tersebut biasanya tiga sampai lima kali lebih mahal dari bahan bakar biasa.
Dalam laporannya, BCG mengungkapkan maskapai dan bandara hanya mengalokasikan 1 sampai 3 persen pendapatan atau anggarannya untuk diinvestasikan ke SAF. Oleh karena itu, tingginya biaya produksi dan bahan bakar masih menjadi tantangan utama penggunaan SAF.
"Kami berjalan ke arah yang positif, tapi jelas tidak dalam kecepatan yang dibutuhkan," kata Direktur dan Rekan BCG Pelayo Losada dalam laporan tersebut, Kamis (27/3/2025).
BCG yang merupakan perusahaan konsultasi mensurvei lebih dari 500 petinggi dari sekitar 200 perusahaan-perusahaan terkait industri penerbangan. "Meskipun ketersediaan bahan bakar pesawat berkelanjutan meningkat, kami melihat dengan sangat jelas terdapat perlambatan dalam proyek-proyek pengembangan dan kesenjangan yang lebih besar pada beberapa komitmen yang telah dibuat oleh beberapa perusahaan," kata Losada.
Bulan lalu, Reuters melaporkan rendahnya konsumsi SAF dan lemahkan pedoman kebijakan menahan sejumlah proyek SAF di Cina. Industri penerbangan menargetkan nol-emisi pada tahun 2050 dan beberapa negara sudah mewajibkan penggunaan SAF.
Namun sampai 2024, produksi SAF hanya 0,3 persen dari total produksi bahan bakar pesawat di seluruh dunia. Laporan BCG menyoroti meskipun dalam tiga tahun terakhir pasokan SAF di seluruh dunia meningkat 1.150 persen.
Pengumuman dibukanya pabrik baru untuk memproduksi SAF turun dari 70 persen pada 2022 menjadi hanya 50 persen pada 2023. BCG mengatakan hal ini sebagian besar disebabkan ketidakpastian ekonomi dan biaya energi dan operasional yang lebih tinggi.
BCG memproyeksikan pasokan SAF untuk penerbangan komersial pada tahun 2030 akan lebih rendah, turun 30 sampai 45 persen dari target yang ditetapkan sebelumnya. Losada mengatakan banyak pelaku industri mengadopsi mentalitas "orang lain yang akan menyelesaikan masalah untuk saya", dan ia menyerukan kolaborasi lintas industri.