Jumat 02 May 2025 07:45 WIB

Perubahan Iklim Picu Kebakaran Hutan Mematikan di Korsel

Kebakaran menewaskan 12 orang dan menghancurkan sekitar 5.000 bangunan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Petugas berjuang memadamkan api karhutla di Daegu, Korea Selatan, Senin (28/4/2025).
Foto: Yonhap via Reuters
Petugas berjuang memadamkan api karhutla di Daegu, Korea Selatan, Senin (28/4/2025).

ESGNOW.ID,  SEOUL – Para ilmuwan menyatakan bahwa perubahan iklim telah menggandakan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan besar yang melanda Korea Selatan pada Maret lalu. Mereka memperingatkan bahwa bencana serupa akan semakin sering terjadi seiring meningkatnya suhu global.

Kebakaran tersebut menewaskan 12 orang dan menghancurkan sekitar 5.000 bangunan. Selama hampir satu pekan, api melalap sekitar 104 ribu hektare lahan atau empat kali lebih luas dibandingkan kebakaran terburuk sebelumnya dalam 25 tahun terakhir.

Baca Juga

Sebanyak 15 peneliti dari kelompok World Weather Attribution menyebut bahwa kombinasi cuaca panas, kering, dan berangin telah melipatgandakan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Mereka juga mencatat bahwa perubahan iklim meningkatkan intensitas kebakaran hingga 15 persen.

Peneliti dari Pusat Penelitian Ilmu Iklim di Pusan National University, June-Yi Lee, menjelaskan bahwa Korea Selatan biasanya mengalami musim dingin yang kering dan mengalami peningkatan suhu yang cepat pada bulan Maret dan April, sehingga lebih rentan terhadap kebakaran hutan.

Lee menambahkan bahwa rata-rata suhu di wilayah tenggara Korea Selatan antara 22 hingga 26 Maret tercatat 10 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pola tekanan udara rendah dan tinggi di utara dan selatan juga menciptakan angin kencang yang memperluas sebaran api.

“Tahun ini, dampaknya sangat besar karena kondisi cuaca yang kering, panas, dan disertai suhu tinggi serta badai. Ini merupakan kombinasi sempurna bagi kebakaran besar,” ujar Lee, Ahad (1/5/2025).

Para ilmuwan memperingatkan bahwa pola cuaca pemicu kebakaran hutan seperti ini akan semakin sering terjadi jika pemanasan global terus berlanjut dan suhu rata-rata global naik 1,3 derajat Celsius dari saat ini.

“Model-model iklim memproyeksikan rata-rata intensitas kebakaran meningkat sekitar 5 persen, sementara kemungkinan terjadinya peristiwa ekstrem serupa bisa meningkat dua kali lipat,” kata Clair Barnes dari Centre for Environmental Policy di Imperial College London.

Kebakaran ini juga memunculkan kekhawatiran atas dampak program penghijauan besar-besaran Korea Selatan sejak 1970-an, yang justru bisa membuat negara ini lebih rentan terhadap kebakaran hutan.

Peneliti dari Leverhulme Centre for Wildfires di ICL, Theo Keeping, mengatakan pengelolaan hutan Korea Selatan perlu disesuaikan dengan tantangan baru akibat perubahan iklim ekstrem.

“Jika kebakaran hutan sudah mencapai tingkat ekstrem, maka tidak dapat dipadamkan hanya dengan air dari pesawat atau helikopter, maupun dari darat. Oleh karena itu, kita perlu mengelola risikonya sebelum peristiwa seperti ini terjadi,” ujarnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement