ESGNOW.ID, BANDUNG – Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton sampah elektronik sepanjang 2023. Namun hingga kini, belum tersedia sistem pengelolaan dan fasilitas daur ulang yang memadai di tingkat masyarakat.
“Indonesia masih kurang optimal mengurangi sampah elektronik,” kata Leader of World Cleanup Day Indonesia Andy Bahari dalam diskusi “Yuk Kelola Sampah Elektronik secara Bijak” yang digelar di Kota Bandung, Kamis (12/6/2025).
Andy menjelaskan, meskipun sampah elektronik telah dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pengelolaannya belum berjalan maksimal. Warga pun kerap kebingungan ke mana harus membuang perangkat rusak seperti ponsel.
“Peraturan ada tapi gimana membumikannya agar terimplementasi di masyarakat,” ucapnya.
Ia menambahkan, sejumlah kota besar memang telah memiliki startup dan regulasi untuk mengelola e-waste. Namun, tanpa infrastruktur penampungan, kebijakan tersebut sulit dijalankan.
“Sudah ada regulasinya tapi kalau tanpa dibangun infrastrukturnya membuang sampah elektronik mau dibuang ke mana. Alangkah baiknya dibangun infrastruktur, edukasi berimbang sehingga regulasi bisa terimplementasi,” kata dia.
Andy menyarankan agar Kementerian Lingkungan Hidup menempatkan dropbox sampah elektronik di sekolah, universitas, masjid, hingga pusat perbelanjaan. Sampah tersebut kemudian bisa dikelola oleh perusahaan daur ulang.
Ia juga menyebut sebagian besar sampah elektronik di Indonesia dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan tidak bisa didaur ulang. Rata-rata tiap warga menghasilkan 7–8 kilogram sampah elektronik per tahun.
Dalam diskusi yang sama, Group Chief of HC, GA, Litigation, dan CSR Erajaya Group Jimmy Perangin-angin menyampaikan pihaknya telah mengumpulkan dan mendaur ulang lebih dari 1.900 unit gawai melalui kampanye Jaga Bumi.
Menurut Jimmy, pengumpulan dilakukan melalui dropbox e-waste di gerai Erafone dan kemudian didaur ulang dengan proses ramah lingkungan.
Ia menyebut, program ini mampu mengurangi emisi karbon sebesar 467 kilogram CO2, menghemat energi hingga 854 kWh, serta mengurangi penggunaan lahan TPA sebesar 10 meter persegi.