Rabu 16 Jul 2025 08:18 WIB

Medan Perluas Transportasi Listrik, Angkot Jadi Feeder BRT

Medan melakukan transisi bertahap ke kendaraan listrik.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Kota Medan mengintegrasikan bus listrik dengan angkutan kota.
Foto: Lintar Satria/Republika
Kota Medan mengintegrasikan bus listrik dengan angkutan kota.

ESGNOW.ID,  MEDAN — Pemerintah Kota Medan mempercepat pengembangan transportasi publik berbasis listrik. Salah satu upayanya adalah mendorong integrasi angkutan kota (angkot) sebagai feeder atau penghubung layanan Bus Rapid Transit (BRT) listrik.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Supriono mengatakan keberadaan angkot tidak boleh dipandang sebagai pesaing, melainkan harus menjadi bagian dari sistem transportasi yang saling melengkapi.

Baca Juga

“Kami berharap angkutan kota ini bisa dikembangkan menjadi feeder. Sehingga layanan BRT tidak menjadi musuh dari angkutan yang sudah ada,” ujar Supriono, Selasa (15/7/2025).

Ia menjelaskan, Pemkot Medan bersama operator angkutan saat ini tengah menjalani transisi bertahap dari armada berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. Dari sisi biaya operasional dan dampak lingkungan, bus listrik dinilai jauh lebih efisien.

“Energi listrik ini ramah lingkungan, baik dari sisi emisi gas buang maupun kebisingan. Bus listrik juga lebih hening, sehingga mengurangi polusi suara,” jelasnya.

Supriono menegaskan, Pemkot Medan berkomitmen mengembangkan transportasi publik yang terintegrasi, terjangkau, dan ramah lingkungan.

Dampak positif layanan bus listrik dirasakan langsung masyarakat. Sinta Duma Siregar, ASN di Puskesmas Tanjung Merawak, mengaku perjalanan ke tempat kerja kini lebih nyaman dan efisien berkat layanan bus listrik.

Sebelumnya, ia menggunakan sepeda motor yang dinilai kurang aman. Kini, dengan jarak antarbus yang relatif cepat dan bus yang sejuk, ia bisa mengatur waktu tempuh ke kantor lebih baik meski perjalanan memakan waktu satu jam.

“Paling tidak saya nyaman di dalam busnya. Bisa atur jadwal karena tahu jam berangkat dan sampai,” ujarnya.

Namun, Sinta berharap jumlah armada dan rute bus listrik diperbanyak agar dapat menjangkau lebih banyak wilayah. Saat ini, ia masih harus melanjutkan perjalanan dengan angkot koperasi P26 jurusan Simpang Pos seharga Rp 5.000 sekali jalan.

Hal senada diungkapkan Sesil Sibarani, mahasiswi yang hampir setiap hari menggunakan bus listrik. Ia menilai layanan ini lebih nyaman dan murah dibanding angkot.

“Kalau angkot sempit dan berhimpitan. Di bus ini tempat duduknya sendiri, nggak perlu berbagi. Tarifnya juga lebih murah,” kata Sesil.

Dengan kartu pelajar, ia hanya membayar Rp 3.000 meski harus transit sekali. Jika menggunakan angkot, ongkos harian bisa mencapai Rp 8.000.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement