ESGNOW.ID, JAKARTA -- Cuaca panas berlebih, kekeringan, naiknya permukaan laut hingga pencairan lapisan es di kutub menjadi beberapa dampak buruk dari perubahan iklim yang telah dirasakan manusia. Dan tahun depan, diprediksi suhu permukaan global rata-rata bumi akan melampaui 1,5 derajat Celcius dibandingkan era pra-industri, menurut badan cuaca nasional Inggris, UK Met Office.
Lantas apa perubahan iklim itu? Dilansir Global Climate Change, Rabu (13/12/2023), perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca rata-rata yang telah mendefinisikan iklim lokal, regional, dan global di Bumi. Perubahan ini memiliki berbagai efek yang dapat diamati yang identik dengan istilah tersebut.
Perubahan yang diamati pada iklim Bumi sejak pertengahan abad ke-20 didorong oleh aktivitas manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil, yang meningkatkan kadar gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer Bumi, sehingga meningkatkan suhu rata-rata permukaan Bumi. Proses alami, yang telah dikuasai oleh aktivitas manusia, juga dapat berkontribusi pada perubahan iklim, termasuk variabilitas internal (misalnya, pola lautan siklis seperti El Nino, La Nina, dan Osilasi Dekadal Pasifik) dan eksternal (aktivitas gunung berapi, perubahan output energi Matahari, variasi orbit Bumi).
Para ilmuwan menggunakan pengamatan dari darat, udara, dan ruang angkasa, bersama dengan model komputer, untuk memantau dan mempelajari perubahan iklim di masa lalu, saat ini, dan di masa depan. Catatan data iklim memberikan bukti indikator utama perubahan iklim, seperti peningkatan suhu daratan dan lautan global; kenaikan permukaan air laut; hilangnya es di kutub bumi dan gletser gunung; perubahan frekuensi dan tingkat keparahan cuaca ekstrem seperti angin topan, gelombang panas, kebakaran hutan, kekeringan, banjir, dan curah hujan; serta perubahan tutupan awan dan vegetasi.
"Perubahan iklim" dan "pemanasan global" sering digunakan secara bergantian tetapi memiliki arti yang berbeda. Demikian pula, istilah "cuaca" dan "iklim" terkadang membingungkan, meskipun keduanya merujuk pada peristiwa dengan rentang spasial dan waktu yang sangat berbeda.
Apa yang dimaksud dengan Pemanasan Global?
Pemanasan global adalah pemanasan jangka panjang permukaan bumi yang diamati sejak periode pra-industri (antara tahun 1850 dan 1900) akibat aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, yang meningkatkan kadar gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer bumi. Istilah ini tidak dapat dipertukarkan dengan istilah perubahan iklim.
Sejak masa pra-industri, aktivitas manusia diperkirakan telah meningkatkan suhu rata-rata global Bumi sekitar 1 derajat Celcius, angka yang saat ini meningkat lebih dari 0,2 derajat Celcius per dekade. Tren pemanasan saat ini jelas merupakan hasil dari aktivitas manusia sejak tahun 1950-an dan berlangsung dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama ribuan tahun.
Pemanasan global yang diakibatkan perubahan iklim juga dapat membawa efek dan dampak buruk bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di Bumi. Berikut beberapa dampak yang dimaksud seperti dilansir NRDC.
1. Memperburuk cuaca
Pemanasan global dapat memperburuk berbagai jenis bencana, termasuk badai, gelombang panas, banjir, dan kekeringan. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, pada tahun 2021, terdapat 20 peristiwa bencana cuaca dan iklim di Amerika Serikat termasuk badai besar, banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan-yang secara individual menyebabkan kerugian setidaknya 1 miliar dolar AS.
Di kawasan Asia termasuk Indonesia, kekurangan air merupakan penyebab utama kematian dan penyakit serius serta berkontribusi terhadap kegagalan panen. Di sisi lain, hujan yang lebih lebat menyebabkan aliran air, sungai, dan danau meluap, yang merusak kehidupan dan properti, mencemari air minum, menciptakan tumpahan bahan berbahaya, dan mendorong pertumbuhan jamur serta udara yang tidak sehat.
2. Kesehatan global terancam
Para ilmuwan saat ini menunjuk perubahan iklim sebagai ancaman kesehatan global terbesar di abad ke-21. Ini adalah ancaman yang berdampak pada kita semua-terutama anak-anak, orang tua, masyarakat berpenghasilan rendah, dan kaum minoritas-dengan berbagai cara langsung dan tidak langsung. Ketika suhu meningkat, begitu pula dengan kejadian penyakit, kunjungan ke ruang gawat darurat, dan kematian.
3. Udara buruk
Meningkatnya suhu juga memperburuk polusi udara dengan meningkatkan kabut asap ozon di permukaan tanah, yang tercipta ketika polusi dari mobil, pabrik, dan sumber lainnya bereaksi terhadap sinar matahari dan panas. Ozon di permukaan tanah adalah komponen utama kabut asap, dan semakin panas, semakin banyak pula ozon yang kita miliki.
Udara yang lebih kotor terkait dengan tingkat masuk rumah sakit yang lebih tinggi dan tingkat kematian yang lebih tinggi untuk penderita asma. Hal ini memperburuk kesehatan orang yang menderita penyakit jantung atau paru-paru. Dan suhu yang lebih hangat juga secara signifikan meningkatkan serbuk sari di udara, yang merupakan kabar buruk bagi mereka yang menderita demam dan alergi lainnya.